Berita

Joko Widodo dan Shinzo Abe/Net

Dunia

Kemlu Jelaskan Alasan Durasi Jokowi Ketemu PM Abe Hanya 1 Menit

RABU, 03 JULI 2019 | 14:59 WIB | LAPORAN:

Dibandingkan para pemimpin negara lain, durasi Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe bertemu Presiden Jokowi di Konferensi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 memang terbilang singkat, hanya satu menit.

Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Febrian Ruddyard menjelaskan, sebetulnya jelang keberangkatan ke Jepang, PM Abe dan Presiden Jokowi sepakat untuk bertemu khusus membicarakan hubungan bilateral kedua negara.

Tapi karena ada kegiatan berkaitan persidangan di Mahkamah Konstitusi ketika itu, sehingga Presiden Jokowi tiba pada Jumat (28/6).  


"Bapak Presiden Jokowi baru bisa berangkat ke Osaka tanggal 27 Juni malam, dan tiba tanggal 28 Juni pagi dan langsung menuju acara G 20,” ujar Febrian kepada Kantor Berita RMOL, Rabu (3/7).

Akhirnya rencana awal pada Kamis (27/6), pertemuan dua kepala negara terpaksa dijadwal ulang. Mengetahui ada perubahan itu, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi langsung melakukan pertemuan dengan Menlu Jepang Taro Kono.  

"Sehari sebelumnya pada 27 Juni, Menlu RI adalah menlu pertama yang lakukan pertemuan bilateral dengan menlu Jepang, hampir sejam, bahas berbagai isu bilateral," ujarnya.

Sebagai tuan rumah, PM Abe sudah terjadwal memimpin KTT G20 pada 28-29 Juni, makanya pertemuan dengan Presiden Jokowi hanya bisa sebentar.

“Presiden tiba di Osaka 28 Juni pagi, hanya beberapa jam sebelum KTT mulai, sehingga tidak memungkinkan untuk lakukan pertemuan bilateral dengan Jepang," tegasnya.

Termasuk dengan pimpinan negara lain karena waktu terbatas.

“Beberapa pertemuan juga harus disesuaikan lagi mengingat jadwal masing-masing pemimpin yang sangat ketat,” jelasnya.

Meskipun tidak bertemu secara bilateral formal, ada dua pesan utama dalam pembicaraan singkat Jokowi dengan PM Abe.

"Dua message utama yang dibahas Presiden dan PM Jepang adalah mengenai general review IJEPA (Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Jepang-Indonesia) dan RCEP (Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional),” sebutnya.

Febri menambahkan, selain dengan Jepang, Indonesia juga menerima banyak permintaan bilateral yang harus diatur kembali.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya