Berita

Foto: Net

Politik

PMKRI: Pemerintah, Jangan Pasung Rakyat Dengan Kebenaran Versi Sendiri

KAMIS, 23 MEI 2019 | 16:55 WIB | LAPORAN:

Langkah pemerintah membatasi akses tertentu di media sosial menuai kritik dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI).

Menurut Presidium Gerakan Kemasyarakatan Pengurus Pusat PMKRI, Rinto Namang, upaya pembatasan itu justru menyumbat kanal-kanal informasi yang bukan hoax untuk diakses oleh publik.

“Itu artinya kebenaran tunggal milik penguasa, kebenaran versi lain dibatasi dan boleh jadi dianggap hoax. Pemerintah jangan pasung rakyat dengan kebenaran tunggal versinya,” tegasnya.

Rinto menekankan, pembatasan akses penyebaran informasi via medsos sangat bertentangan dengan prinsip demokratis dan menjurus ada totaliterisme.

"Kan ada UU ITE yang siap menjerat jika informasi itu ternyata hoax. Saya takut pembatasan ini justru membuat kita menjadi negara totaliter yang menguasai dan menentukan segala sesuatu termasuk akses informasi,” kata dia.

Alih-alih membatasi peredaran informasi via medsos, hemat dia, pemerintah sebaiknya melakukan konsolidasi dengan semua elit politik dan tokoh bangsa untuk mendinginkan situasi politik.

"Saya kira pembatasan akan semakin membuat orang memberontak, mencari cara untuk terus melawan. Ajak semua pihak yang saling terkait berdialog untuk mendinginkan situasi bangsa yang kacau ini," lanjutnya.

Dia memandang situasi politik yang memanas hari ini adalah puncak dari ketidakbecusan elit dalam menata negara.

"Ini puncak dari elit yang gemar memprovokasi masyarakat, elit yang menyulut emosi. Sekarang kita tanggung akibatnya. Yang harus bertanggung jawab adalah semuanya, bukan cuma kubu 01 atau 02. Mari sama-sama rembug nasional untuk selesaikan masalah ini, jangan saling menyalahkan antara kubu sini dan sana,” tuturnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya