Berita

Wiranto/Net

Politik

Wiranto Bentuk Tim Kaji Ucapan Tokoh, ProDem: Pemerintah Paranoid!

SENIN, 13 MEI 2019 | 21:32 WIB | LAPORAN:

Inisiatif dan manuver Wiranto membentuk Tim Hukum Nasional untuk mengkaji ucapan, pemikiran, dan tindakan tokoh yang dinilai melanggar pasca Pemilu 2019 telah menyimpang dari demokrasi hari ini.

Demikian pendapat Sekretaris Jenderal jaringan aktivis Pro Demokrasi (ProDem), Satyo Purwanto kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (13/5).

"Inisiatif- inisiatifnya tidak hanya bikin blunder tapi juga pembusukan demokrasi, sebuah tim extraordinary dibentuknya untuk mengawasi statement orang, ini bukan hanya aneh tapi di luar kebiasaan dan overlapping dari peraturan dan UU yang ada," kritiknya.

Terlebih, sistem hukum di Indonesia telah acceptable dalam mekanisme dan lembaga penegak hukum yang bertugas menangani bilamana ada bukti pelanggaran hukum yang cukup.

"Bapak Wiranto sadarlah situasi demokrasi saat ini merupakan hasil dan bagian dari perjuangan reformasi dan perjuangan segenap rakyat Indonesia di tahun 98 menumbang rezim otoriter jangan lagi dibuat mundur," tegasnya.  

Tim asistensi Hukum MenkoPolhukam dibentuk sebagai respons atas dinamika politik yang muncul setelah Pemilihan Presiden pada tanggal 17 April 2019 lalu.

Pembentukan Tim Asistensi Hukum tersebut justru menurut dia, berpotensi diartikan bahwa pemerintah paranoid dan sedang mendayagunakan pendekatan politik-kekuasaan untuk mengintervensi independensi hukum.

"Apalagi kita tahu bahwa penegak hukum seperti Polri dan Kejaksaan itu berada di bawah garis koordinasi Kemenko Polhukam," imbuh mantan aktivis mahasiswa 98 yang akrab disapa Komeng ini.

Ia menangkap kesan manuver Wiranto ini seperti terjadi di Orde Baru.

"Jokowi harus cuci tangan dari praktek orbaisme mengingat inisiatif dan manuver Wiranto sebagai Menko Polhukam lebih memberikan mudharat untuk demokrasi dan bangsa ini, sudah semestinya segera dipecat," tegasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya