Pemakaman massal korban serangan bom Sri Lanka/Net
Badan intelijen India sempat memberi peringatan awal kepada pejabat Sri Lanka menjelang pemboman Minggu Paskah kemarin. Peringatan didasarkan pada informasi yang diperoleh dari seorang tersangka ISIS.
Begitu kabar yang dimuat CNN (Selasa, 23/4), merujuk pada keterangan sekrang pejabat India.
Delhi menyampaikan intelijen khusus menemukan informasi tidak biasa dalam minggu-minggu dan hari-hari menjelang serangan itu. Beberapa informasi diperoleh dari bahan-bahan selama interogasi terhadap seorang tersangka ISIS yang ditangkap di India.
Tersangka memberi penyelidik nama seorang pria yang dia latih di Sri Lanka, yang dikaitkan dengan kelompok ekstrimis setempat yang terlibat dalam pemboman itu.
Pria itu adalah Zahran Hashim. Dia diidentifikasi dalam sebuah video tentang para penyerang yang konon dirilis Selasa oleh ISIS yang mengklaim bertanggung jawab atas teror bom Minggu Paskah.
"Ketika kami sedang menyelidiki kasus-kasus ISIS, selama interogasi terhadap seorang tersangka, dia mengungkapkan nama seorang pria, Zahran Hashim, yang merupakan salah satu pelaku bom bunuh diri dan dikaitkan dengan (kelompok militan lokal) National Tawheed Jamath (NTJ)," kata sumber intelijen di India.
"Tersangka mengatakan bahwa dia berperan dalam radikalisasi (Hashim)," tambahnya.
Sumber intelijen India tidak menyebutkan secara spesifik kapan penangkapan itu dilakukan.
"Badan-badan intelijen India membagikan informasi mereka dengan rekan-rekan mereka di Sri Lanka," kata sumber itu.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita yang berafiliasi dengan ISIS
Amaq awal pekan ini, kelompok itu mengatakan para penyerang adalah pejuang ISIS.
Keterlibatan sebuah organisasi asing akan menjelaskan bagaimana kelompok ekstrimis domestik yang sebelumnya marginal dipersalahkan atas serangan itu, yakni National Tawheed Jamath (NTJ), dapat melakukan salah satu dari kekejaman teroris terburuk sejak 9/11.
Jurubicara pemerintah Rajitha Senaratne awal pekan ini mengatakan, peringatan pertama soal serangan itu datang lebih dari dua minggu sebelum serangan terjadi. Para pejabat Sri Lanka diberitahu pada 4 April tentang rencana potensial untuk melancarkan serangan bunuh diri terhadap gereja-gereja Kristen dan tempat-tempat wisata.
Peringatan itu diulang dua hari dan dua jam sebelum serangan.