Berita

Alireza Bahrami/Repro

Dunia

Sanksi Trump Juga Mengancam Kehidupan Pers Di Iran

JUMAT, 19 APRIL 2019 | 10:42 WIB | LAPORAN: YELAS KAPARINO

Sanksi yang dijatuhkan pemerintah Amerika Serikat pada Republik Islam Iran ikut mengancam kebebasan pers di negeri Mullah itu. Stok kertas menjadi terbatas, dan harga naik hingga lima kali lipat.

Begitu disampaikan wartawan Kantor Berita Mahasiswa Iran (ISNA), Alireza Bahrami, dalam perbincangan dengan redaksi beberapa saat lalu.

Alireza Bahrami mengatakan, seperti di banyak negara lain, media massa Iran juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dalam beberapa tahun belakangan ini.


Walau digitalisasi mempercepat penyebaran informasi dan membantu mendorong peningkatan kualitas media massa, namun di sisi lain kualitas media massa menjadi sangat dipengaruhi tren social social networks.

Di Iran, sebutnya, perkembangan teknologi yang pesat telah membuat situasi menjadi rumit bagi media massa. 

Dia mengatakan, ruang siber dan jejaring media sosial bagi media massa menjadi peluang dan ancaman.

Contohnya, jejaring media sosial telah mengurangi sirkulasi media cetak dan membantu media cetak menjadi lebih multidimensional.

“Tetapi yang menjadi ancaman bagi media massa di Iran adalah situasi internasional yang diciptakan oleh Presiden AS. Sanksi ekonomi khususnya bagi media cetak dan publishing house di Iran telah membuat kondisi yang sangat sulit,” ujarnya.

Dia mengatakan, karena stok kertas yang dikurangi, harga kertas menjadi sangat mahal, bahkan lima kali lebih dari harga tahun lalu.

“Ini mengancam kehidupan pers dan publishing houses, khususnya yang independen dan liberal,” ujar Alireza lagi.

Namun, pemerintah AS selalu mengatakan bahwa sanksi atas Iran ini justru untuk membantu rakyat Iran mendapatkan kemerdekaan.

“Sebagai wartawan, saya menghormati pilihan rakyat AS dan kedaulatan negara mereka. Tetapi di saat bersamaan, saya ingin kolega saya di seluruh dunia, juga rakyat dan pemerintah AS, mengetahui bahwa kebijakan Presiden Trump melawan Iran membuat media liberal Iran terpaksa tutup,” demikian Alireza Bahrami.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya