Setelah melewati 10 tahun perjalanan, akhirnya Gojek resmi menjadi startup pertama di Indonesia yang berstatus decacorn. Capaian ini juga menempatkan Gojek sebagai startup peringkat ke-19 secara global.
Chief of Corporate Affairs Gojek Group Nila Marita sangat senang dengan status baru yang didapat.
"Kami bersyukur ada lembaga independen yang memvalidasi kesuksesan kami dalam meninÂgkatkan nilai perusahaan, tanpa kami perlu membuat pengumuÂman," ujar Nila dalam keteranÂgan tertulis, kemarin.
Sebelumnya, dalam riset terÂbarunya bertajuk 'The Global Unicorn Club' lembaga riset internasional, CBInsights meÂnyatakan, Gojek telah memiliki valuasi 10 miliar dolar AS atau setara Rp 140 triliun. Artinya, Gojek sudah berhak menyanÂdang status decacorn.
Nila mengatakan, kesuksesan layanan platform on-demand Gojek tercermin dari semakin kuatnya minat dan kepercayaan investor terhadap misi dan perÂtumbuhan. Serta, dampak ekonoÂmi dan sosial Gojek yang semakin besar dari waktu ke waktu.
"Gojek memiliki pangsa pasar tertinggi di antara penyedia layanan e-commerce dilihat dari rata-rata pengguna aktif aplikasi per minggu (Weekly Active Users), berdasarkan data dari sebuah platform global yang menganalisis penggunaan aplikasi mobile sedunia," jelas dia.
Jumlah Weekly Active Users Gojek bahkan 55 persen lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi sejenis di Indonesia. Jumlah ini berdasarkan data dari platform analisa yang sama.
"Gojek bukan hanya berfokus untuk terus menjadi pilihan utama dan memberikan layanan terbaik bagi para pengguna di Indonesia, tetapi juga membawa harum nama bangsa dengan menjadi pemain terdepan di pasar Asia Tenggara," tandasnya.
Keberhasilan Gojek sejatinya tidak terlepas dari masifnya inÂjeksi modal ke perusahaan besuÂtan Nadiem Makarim tersebut. Baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Pada awal tahun ini, Gojek menÂgumumkan suntikan dana dari Google, JD.com, Tencent, MitsubiÂshi Corporation hingga Provident Capital. Berdasarkan informasi yang beredar di pasar, suntikan dana tersebut bernilai 920 juta dolar AS. Suntikan dana ini merupakan bagian dari pendanaan Seri F putaran pertama. Dari putaran pendanaan ini, Gojek menarÂgetkan bisa kumpulkan dana sebesar 2 miliar dolar AS.
Pada awal 2018, Gojek juga melakukan penghimpunan dana Seri Edengan total dana yang terkumpul 1,5 miliar dolar AS. Investor yang bergabung adaÂlah Via ID, Tencent Holdings, Temasek Holdings, Astra InÂternational, Meituan-Dianping, JD.com, Google hingga Blibli.
Saat ini, bisnis Gojek meliputi layanan transportasi, pengiriman makanan, hingga pembayaran yang melibatkan banyak tranÂsaksi keuangan dan telah menjadi super app. Ini merupakan langkah biru bagi Gojek untuk bisa masuk ke pasar yang baru dan terus mengembangkan perusahaan.
Di Vietnam, melalui layanan Go-Viet, Go-Jek menawarkan layanan makanan serta transporÂtasi motor. Di Thailand, Gojek menawarkan layanan sepeda motor. Sementara di Singapura, Gojek memilih layanan mobil.
Dengan naiknya valuasi Gojek, maka kini Asia Tenggara punya dua startup decacorn. Satunya lagi adalah Grab Holdings, yang juga jadi kompetitor Gojek di bisnis ride-hailing (berbagi tumpanÂgan) Asia Tenggara. CBInsights menghitung valuasi Grab sudah tembus 11 miliar dolar AS.
Ekonom
Institute for DevelopÂment of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda menuturkan, keberhasilan Gojek mendapÂatkan predikat decacorn akan menyebabkan banyak investor tertarik menanamkan uangnya ke perusahaan tersebut. "Gojek akan memutarkan dana itu untuk mengembangkan usahanya," katanya.
Dampak berikutnya, Huda menambahkan, juga akan dirasaÂkan terhadap mitra-mitra Gojek. Secara langsung, pasti ada peningkatan kapasitas dari bisnis mereka, baik dari Gofood, transportasi online, maupun sistem pembayaran Gopay.
Selain itu, penambahan inÂvestasi ini berpotensi meninÂgkatkan konsumsi dalam negÂeri. Sebab, Gopay akan lebih mengembangkan diri dan menyeÂdiakan lebih banyak inovasi daÂlam mempermudah masyarakat melakukan pembayaran.