Berita

Pemandangan Jeju dari ketinggian/Net

Dunia

Pertama Kali Dalam Sejarah, Polisi Korea Selatan Minta Maaf Atas Pembantaian Jeju

RABU, 03 APRIL 2019 | 21:38 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Polisi Korea Selatan untuk pertama kalinya meminta maaf pada hari ini (Rabu, 3/4) atas kasus pembantaian yang menewaskan 10 ribu orang pada tahun 1948. Pada saat itu, anggota Partai Buruh Komunis Korea Selatan yang merupakan sekutu organisasi yang masih berkuasa di Utara, melancarkan pemberontakan bersenjata di pulau selatan Jeju. Mereka menyerang kantor polisi.
 
Di masa itu, pembagian semenanjung belum diformalkan dan Perang Korea belum terjadi. Tetapi Selatan yang didukung Amerika Serikat secara ideologis terpecah setelah berakhirnya Perang Dunia II dan pemerintahan kolonial Jepang.
 
Pasca Perang Dunia II, pemberontakan dengan cepat dihentikan, tetapi bentrokan sporadis masih terus berlanjut. Ada lebih dari 10.000 warga sipil tewas oleh pasukan keamanan Korea Selatan selama enam tahun ke depannya, termasuk pasca Perang Korea.
 

 
"Kami meminta maaf kepada orang-orang tak berdosa yang hidupnya dikorbankan," kata komisaris jenderal Badan Kepolisian Nasional Korea, Min Gap Ryong pada peringatan peringatan ke-71 pemberontakan itu (Rabu, 3/4).
 
"Kami berjanji untuk menjadi organisasi yang hanya memikirkan dan bekerja untuk warga Korea sehingga tragedi seperti ini tidak akan pernah terulang di masa depan kita," sambungnya seperti dimuat Channel News Asia.
 
Selain kepolisian, Kementerian Pertahanan Korea Selatan juga menyatakan penyesalan mendalam kepada para korban. Permintaan maaf polisi dan ekspresi penyesalan kementerian datang setelah Presiden Korea Selatan Moon Jae In berulang kali berbicara tentang pentingnya meluruskan sejarah.
 
Moon kerap menekankan perjuangan kemerdekaan melawan pemerintah kolonial Jepang adalah jantung dari identitas nasional di kedua Korea.
 
Tahun lalu, Moon menjadi presiden Korea Selatan pertama dalam lebih dari satu dekade yang menghadiri upacara peringatan tahunan di Jeju.
 
"Orang-orang muda yang dituduh sebagai komunis selama Insiden 3 April membela negara mereka dalam menghadapi kematian. Ideologi tidak lebih dari alasan yang membenarkan pembantaian itu," kata Moon pada saat itu.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya