Berita

Nasaruddin Umar/Net

Etika Politik Dalam Al-Qur'an (56)

Pelajaran Diplomasi Publik (22)

Belajar Dari Umar ibn Abdul Azis
KAMIS, 28 MARET 2019 | 08:44 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

ADA dua figur bernama Umar yang pernah menggores sejarah keemasan Islam. Yaitu Umar ibn Khathab sebagaimana dijelas­kan dalam artikel terdahulu dan Umar ibn Abdul Aziz, Khalifah Bani Umayyah. Umar yang pertama ber­hasil memperluas wilayah kekuasaan Islam keluar jauh dari negeri Arab, sampai ke Afrika, termasuk membe­baskan Palestina dari penjajahan Romawi. Umar yang kedua seorang khalifah yang terkenal dengan kecerdasan dan kejujuran­nya. Ia sangat mencintai ilmu pengetahuan sehingga lahir dan berkembang ilmu penge­tahuan pada masanya.

Khalifah Umar ibn Abdul Aziz lahir pada ta­hun 63H/682M dengan usia pendek, hanya 35 tahun. Ia wafat karena diracun oleh pem­bantunya. Meskipun ia memerintah kurang dari tiga tahun, tetapi berhasil mengemba­likan suasana kehidupan masyarakat dan keumatan seperti pada zaman Khulafaurra­syidin. Ia khalifah dikenal sangat bersahaja. Ia hanya memiliki satu stel baju kekhalifa­han sehingga harus menunggu kering baru bisa digunakan di depan publik. Ketika da­lam keadaan kritis, ia ditanya apa yang eng­kau akan wasiatkan kepada anak-anakmu. Ia menjawab aku tidak mewasiatkan apa-apa karena aku tidak memiliki apa-apa. "Jika anak-anakku orang saleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika mer­eka orang-orang yang tidak soleh, aku tidak mau meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan harta itu untuk mendurhakai Allah".

Sebuah pengalaman menarik yang perlu dicontoh dari Khalifah Umar ibn Abdul Aziz oleh para pejabat publik, pada suatu malam ketika masih menjalankan tugas-tugas pe­merintahan di Istana, tiba-tiba salahseorang anaknya mengetuk pintu kamarnya untuk membicarakan sesuatu. Sebelum membuka pintu, Umar Ibn Abdul Azis menanyakan ke­pada anaknya, apakah yang akan dibicara­kan itu urusan pribadi keluarga atau uru­san Negara. Sang anak menjawab urusan keluarga. Mendengarkan jawaban itu maka sang ayah langsung mematikan lampu lalu mempersilakan anaknya masuk. Sang anak bertanya kenapa lampu dimatikan? Dijawab ayahnya bahwa lampu ini dimaksudkan un­tuk kepentingan negara, bukan untuk ke­pentingan pribadi. Yang kita akan bicara­kan adalah urusan pribadi makanya lampu ini lebih baik kita matikan. Sang anak pun mengerti, memahami, dan sekaligus belajar tentang kejujuran.

Pengalaman ini menarik untuk dijadikan renungan, bahwa betapa banyak rumah ja­batan atau rumah dinas yang sesungguhnya dimaksudkan untuk mempermudah mengu­rus urusan masyarakat dan kenegaraan. Jika rumah jabatan dengan segala macam fasili­tasnya yang disediakan oleh negara lantas lebih banyak digunakan untuk kepentingan pribadi atau keluarga, apalagi diserahkan kepada orang lain atau keluarganya menem­patinya, maka sungguh bertentangan den­gan apa yang dialami Khalifah Umar Ibn Ab­dul Aziz. Seandainya ada pilihan, lebih baik menggunakan rumah pribadi untuk mengu­rus negara ketimbang menggunakan rumah negara untuk kepentingan pribadi. Ini rumah jabatan, apa lagi kantor.

Jika fasilitas Negara yang ada di kantor dan di rumah jabatan digunakan untuk kepentin­gan pribadi, keluarga, atau golongan, maka pertanggung jawabannya di dunia apalagi di akhirat, tentu sangat beresiko. Mungkin ses­eorang bisa saja merekayasa pengeluaran di kantor atau di rumah dinas sehingga tidak terlacak ada pelanggaran di mata inspek­torat atau BPK dan KPK, tetapi mata Allah Swt pasti tidak bisa dibohongi. Jangan sam­pai kenikmatan sesaat tetapi akibatnya harus ditebus di dalam neraka selama bertahun-ta­hun. Kini kita memerlukan pribadi dua Umar, yaitu umar ibn Khathab dan Umar ibn Abdul Aziz, yang kedua-duanya anti korupsi.

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Tulisan 'Adili Jokowi' Curahan Ekspresi Bukan Vandalisme

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:36

Prabowo Harus Mintai Pertanggungjawaban Jokowi terkait IKN

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:26

Penerapan Dominus Litis Melemahkan Polri

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:03

Rontok di Pengadilan, Kuasa Hukum Hasto Sebut KPK Hanya Daur Ulang Cerita Lama

Minggu, 09 Februari 2025 | 06:40

Senator Daud Yordan Siap Naik Ring Lagi

Minggu, 09 Februari 2025 | 06:17

Penasihat Hukum Sekjen PDIP Bongkar Kesewenang-wenangan Penyidik KPK

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:53

Lewat Rumah Aspirasi, Legislator PSI Kota Tangerang Ajak Warga Sampaikan Unek-Unek

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:36

Ekonomi Daerah Berpotensi Merosot akibat Sri Mulyani Pangkas Dana TKD

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:15

Saat yang Tepat Bagi Prabowo Fokus MBG dan Setop IKN

Minggu, 09 Februari 2025 | 04:57

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Menuju Indonesia Emas

Minggu, 09 Februari 2025 | 04:42

Selengkapnya