Berita

Nasaruddin Umar/Net

Etika Politik Dalam Al-Qur'an (48)

Pelajaran Diplomasi Publik (14)

Mengekang Syahwat Popularitas
RABU, 20 MARET 2019 | 08:30 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

BUKAN hanya dalam dun­ia diplomasi, tetapi juga dalam dunia pergaulan sehari-hari, perlu menge­kang nafsu atau syahwat popularitas. Al-Qur'an dan Nabi Muhammad Saw berulangkali mengingat­kan orang agar menghin­dari syahwat popularitas ini. Boleh menyampaikan apa adanya tetapi dengan tawadhu', tidak terkesan riya' apalagi mengandung kebohongan.

Perhatikan caranya Allah Swt menegur hambanya yang menyimpan sesuatu yang tercela. Ketika Tuhan mengumumkan ren­cananya untuk menciptakan pendatang baru namanya manusia dan akan ditempatkan di bumi, Malaikat penasaran. Sebabnya ialah bagaimana mungkin manusia bisa hidup di dalam bola dunia yang sedemikian liar dan bergetar entah berapa ribu skala richter. Gempa 10 skala richter saja meluluhlantak­kan Aceh dan sekitarnya. Ketika Allah Swt menciptakan gunung sebagai patok bumi, langsung bola bumi ini diam dan tenang set­enang-tenangnya. Malaikat takjub akan ke­hebatan gunung. Malaikat bertanya, ya Al­lah masih adakah lebih hebat dari gunung? Dijawab masih ada, yaitu api, yang mampu mencairkan besi. Malaikat bertanya, ya Al­lah masih adakah lebih hebat dari api? Di­jawab masih ada, yaitu air, yang mampu me­madamkan api. Malaikat terus bertanya, ya Allah masih adakah lebih hebat dari air? Di­jawab masih ada, yaitu udara, yang mampu menguapkan air. Ditanya lagi, ya Allah masih adakah yang lebih hebat dari udara? Di­jawab masih ada dan ini yang paling hebat, yaitu orang-orang yang menyumbang den­gan tangan kanannya tanpa ketahuan tan­gan kirinya.

Riwayat hadis tersebut di atas menunjukkan bahwa yang paling hebat mengalahkan gu­nung, besi, api, air, dan udara, bukannya orang yang terkenal atau orang-orang populer tetapi orang-orang yang sangat ikhlas. Yang mem­punyai kemampuan luar biasa juga bukannya sesuatu yang besar seperti gunung atau yang keras seperti besi atau dahsyatnya api. Akan tetapi yang lebih kuat ialah yang lebih lembut. Sebegitu ikhlasnya tidak ingin diketahui oleh siapapun, termasuk mengandaikan tangan kirinya sendiri. Ini juga menunjukkan bahwa popularitas tidak segala-galanya, apalagi jika popularitas itu semu karena diperoleh melalui rekayasa sedemikian rupa tanpa usaha mak­simum. Mungkin juga menumpang popularitas orang lain dengan berbagai tujuan. Polpulari­tas tidak selamanya menguntungkan siapapun dan untuk apapun. Bahkan ada yang meng­khawatirkan kalau sebuah keuntungan atau kesuksesan yang diraih dengan menjual popu­laritas adalah tidak berkah dan tidak otomatis menjanjikan.


Kalangan ulama tasawuf bahkan sangat takut terhadap popularitas. Seorang sufi be­sar Khalid bin Mad’an, apabila majlis ta'lim (halaqah)-nya dihadiri banyak orang maka ia berdiri dan pergi karena takut terkenal. Bah­kan Abu 'Aliya bersikap apabila majlisnya lebih dari tiga orang maka ia berdiri lalu pergi, sedemikian takutnya menjadi terkenal. Umar ibn Khaththab mencambuk orang-orang yang menampang disamping orang-orang besar. Ada sebuah qaul mengatakan: "Orang yang suka berlindung di samping orang terkenal lalu ia terkenal termasuk orang yang iman­nya lemah". Ada riwayat ditemukan mengata­kan: "Sesungguhnya sedikit saja riya itu ada­lah syirik". Al-Fudlail bin Iyadl berkata: "Jika kamu mampu menjadi orang tidak terkenal, lakukanlah! Tidak ada bahaya bagimu jika tidak terkenal, kamu tidak melarat kalau tidak dipuji, tidak rendah bagimu jika dicela manu­sia tetapi dipuji di sisi Allah Swt.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Pasutri Kurir Narkoba

Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

UPDATE

Rais Syuriyah PBNU: Ada Indikasi Penetrasi Zionis

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:49

Prabowo: Saya Tidak Punya Tongkat Nabi Musa, Tapi Semua Bekerja Keras

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:42

Mohammad Nuh Jabat Katib Aam PBNU Kubu Sultan

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:19

Konstitusionalitas Perpol Nomor 10 Tahun 2025

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:18

Pemeriksaan Kargo Diperkuat dalam Pemberantasan Narkoba

Sabtu, 13 Desember 2025 | 23:11

Korban Meninggal Akibat Banjir dan Longsor Sumatera Tembus 1.006 Jiwa

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:53

Aktivis 98 Bagikan Paket Bantuan Tali Kasih Natal untuk Masyarakat

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:52

Kader Pemuda Katolik Bali Cetuskan Teori PARADIXIA Tata Kelola AI Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:39

Ketika Jabatan Menjadi Instrumen Pengembalian Modal

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:35

Tokoh Muda Dukung Prabowo Kejar Lompatan Gizi dan Pendidikan Indonesia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 22:29

Selengkapnya