Berita

Foto: RMOL

Dunia

Ulang Tahun Kemerdekaan Tunisia Diawali Mengheningkan Cipta Untuk Korban Christchurch Dan Sentani

SELASA, 19 MARET 2019 | 23:34 WIB | LAPORAN: YELAS KAPARINO

Resepsi peringatan Hari Kemerdekaan Ke-63 Republik Tunisia, Selasa malam (19/3) diawali dengan menghentikan cipta untuk korban pembantaian di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, dan korban bencana alam di Sentani, Papua, Indonesia.

Mengheningkan cipta dipimpin oleh Dutabesar Republik Tunisia untuk Republik Indonesia Riadh Dridi yang naik ke atas panggung setelah lagu kebangsaan kedua negara dinyanyikan.

“Saya ajak kita semua untuk mengheningkan cipta selama satu menit demi mengenang korban pembantaian di Christchurch, Selandia Baru dan korban bencana alam di Sentani, Indonesia,” ujar Dubes Dridi.


Resepsi yang digelar di Hotel Double Three, Jalan Pegangsaan itu dihadiri sejumlah dutabesar negara sahabat. Tamu kehormatan dari pihak Indonesia adalah Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia AM Fachir.  

Dalam sambutannya, Dubes Dridi yang baru bertugas di Jakarta mengucapkan terima kasih atas kehadiran korps diplomatik di Jakarta dalam resepsi tersebut.

Ia menggarisbawahi semangat persaudaraan yang telah terjalin sejak lama antara Indonesia dan Tunisia. Indonesia ikut memperjuangkan kemerdekaan Tunisia melalui Kongres Asia Afrika di Bandung pada 1955. Setahun setelah KAA, pada 20 Maret 1956, Tunisia menyatakan kemerdekaan dari Prancis.

Hubungan bilateral kedua negara, katanya, semakin hari semakin baik dan erat. Saling kunjung mengunjungi antara pejabat Indonesia dan Tunisia juga semakin intens.

Ia mencontohkan kunjungan Menlu RI Retno Marsudi ke Tunisia pada Oktober  2018 bersamaan dengan pertemuan ke-10 Komite Bersama Indonesia dan Tunisia. Kunjungan itu juga istimewa karena diselenggarakan bersamaan dengan Bali Democracy Forum di Tunisia. Itu adalah kali pertama BDF diselenggarakan di luar Indonesia.

Kunjungan Menlu Retno Marsudi ini dibalas oleh Menlu Tunisia Khimenes Jinaoui dua bulan kemudian.

“Minggu lalu kami juga menyelenggarakan pertemuan ketiga untuk membahas Preferential Trade Agreement (PTA) antara kedua negara,” kata dia lagi.

PTA adalah perjanjian yang khusus dilakukan untuk meningkatkan volume dagang kedua negara. Caranya adalah dengan mengurangi tarif atau bea masuk barang.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya