Berita

Nasaruddin Umar/Net

Etika Politik Dalam Al-Qur'an (46)

Pelajaran Diplomasi Publik (11)

Tawadhu
SENIN, 18 MARET 2019 | 08:09 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

DIPLOMASI paling ban­yak mendatangkan manfaat ialah tawadhu. Tawadlu' be­rasal dari bahasa Arab dari kata wadla'a berarti mele­takkan atau menempatkan. Seseorang disebut tawadhu karena menempatkan diri pada tempat yang sewa­jarnya. Lawan dari kata tawadhu' adalah angkuh, sombong, dan con­gkak. Tawadhu' dalam perspektif ahli hakekat ialah pasrah kepada kebenaran dan tidak ber­paling dari ketentuan hukum. Ada juga yang mengatakan, tawadhu' adalah tunduk kepada kebenaran dan menerima dari siapa pun, baik orang kaya, miskin, orang punya kedudukan, orang biasa, orang terpandang, ataupun orang rendahan. Orang yang tawadhu ialah orang yang tidak memilih-milih teman. Semua orang bisa dekat dengannya.

Dalam perspektif tasawuf, tawadhu dialamat­kan kepada orang-orang yang tunduk, patuh, dan khusyu' semata-mata hanya kepada Al­lah Swt. Allah di atas segala-galanya. Orang seperti ini keakuan dirinya telah hilang digan­tikan dengan kerendhaan. Orang yang seperti inilah yang diberi angin syurga, sebagaimana firman Allah: "Dan berilah kabar gembira ke­pada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (QS. 22:34). Orang-orang yang tunduk dimaksud dalam ayat ini adalah orang-orang yang tawadhu'. Dalam ayat lain dikatakan: "Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati." (QS.25:63). Hamba-hamba Tuhan yang dimaksud dalam ayat ini orang-orang yang khusyu' dan tawadhu'.

Sebaliknya orang yang angkuh dan sombong tidak akan mencium bau syurga dan mereka paling banter hanya dapat bagian dunianya. Nabi SAW. bersabda: "Orang yang dalam hatin­ya ada kesombongan walau sekecil biji dzarrah tidak akan masuk surga. Seorang laki-laki ber­tanya, wahai Rasulullah, bagaimana seseorang yang senang pakaian dan sandalnya bagus?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah maha Indah. Dia cinta kepada yang indah. Sombong adalah berpaling dari kebenaran dan meman­dang remeh sesama manusia." Hadis lainnya: "Barangsiapa yang bersikap tawadhu', nisca­ya Allah akan mengangkat derajatnya." Dalam kesempatan lain Nabi mengatakan: "Nabi SAW. bersabda: "Sungguh berbahagialah orang yang tawadhu' tanpa kekurangan dan orang yang rendah diri tanpa kehinaan."

Keteladanan Nabi dalam soal tawadhu tak perlu diragukan lagi. Meskipin Nabi dan sekali­gus pemimpin kepala begara/masyarakat Madi­nah? Nabi SAW. selalu menjenguk orang-orang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan sesama, mengendarai keledai yang hidungnya sudah diikat dengan tali yang terbuat dari sabut, dan mengalasi pelananya yang juga terbuat dari sabut, memberi makan unta dan kamb­ing, menyapu lantai rumah, memperbaiki san­dal, menambal baju, makan bersama pemban­tu, dan membantunya menggiling gandum jika pembantunya lelah, membawa sendiri barang-barang keperluannya dari pasar ke rumahnya, berjabat tangan dengan orang kaya dan miskin, mendahului keduanya memberi salam, tidak pernah mencela makanan yang telah dihidang­kan kepadanya walaupun hanya berupa kurma kering, sangat sederhana, lemah lembut dalam berperilaku, mulia dalam bersikap, baik dalam bergaul, wajahnya bercahaya, tersenyum tan­pa tertawa, sedih tanpa cemberut, berhati lem­but dan kasih sayang terhadap sesama muslim, tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda telah makan kenyang, dan juga tidak pernah men­gulurkan tangan dengan rakus. Sopan-santun dan tawadhu adalah sendi utama terbentuknya masyarakat ideal. Kapan sendi ini hilang maka alamat akan berakhirnya sebuah masyarakat.

Di dalam Al-Qur'an disebutkan: Likulli umma­tin ajal (setiap masyarakat atau orde punya ajal). Masyarakat, umat, atau rezim yang tawadhu um­umnya berumur panjang. Sebaliknya masyarakat, umat, atau rezim yang takabur, angkuh, dan tak be­radab umumnya cepat bubar atau hidupnya seten­gah mati. Kalau mati pun matinya menyedihkan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya