Berita

Thomas Lembong/Net

Bisnis

Kepala BKPM 'Disemprot' Jokowi, RR: Tom, Tidak Usah Kaget

KAMIS, 14 MARET 2019 | 11:10 WIB | LAPORAN:

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong tak menyangka harus menghadapi keluhan tajam Presiden Jokowi dalam acara Rapat Koordinasi Investasi 2019 yang digelar BKPM di Tangerang Selatan, baru-baru ini.

Saking kesalnya, Jokowi sampai melontarkan kata 'bodoh' di hadapan para peserta Rakor BKPM.

Jokowi mengeluhkan neraca perdagangan defisit puluhan tahun tanpa penyelesaian.


"Saya lumayan kaget karena kemarin di acara Rakornas BKPM dalam sambutannya Presiden mengeluhkan neraca dagang, kekalahan investasi, sampai keluar dari mulut beliau kata 'bodoh'," kata Tom di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (13/3).

Tak hanya itu, curhat Tom, Jokowi juga membandingkan  investasi dan ekspor Indonesia yang tertinggal dari negara-negara tetangga di ASEAN. Hal ini diakui Tom.

"Pola kerja kita sebagai pejabat masih terjebak di pola-pola abad ke-20, didominasi rapat-rapat, meeting-meeting, lalu juga surat-menyurat. Ini terus terang sangat-sangat ketinggalan zaman," kata Tom.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri Indonesia era Presiden Abdurrahman Wahid, Rizal Ramli pun angkat bicara menanggapi 'semprotan' Jokowi terhadap kinerja kepala BKPM.

"Tom,, ndak usah kaget.. Kalau kebijakan utamanya hanya paket-paket (sudah 16) yang hanya bagus di atas kertas," kicau Rizal melalui akun Twitter miliknya.

Bukan tanpa alasan. Dari catatan yang ada, Rizal Ramli  pernah mengingatkan pemerintahan Jokowi minim dalam mengantisipasi defisit transaksi berjalan (current account deficit) melalui kebijakan domestik.

Karena tidak melakukan kebijakan reformasi di sektor riil, terutama di sektor perdagangan dan manufaktur, negara terlalu bergantung pada utang.

Meski masuknya aliran modal ke surat utang negara bisa memperkuat rupiah, pengaruhnya hanya sementara. Bahkan, dalam jangka menengah bisa mengganggu stabilitas ekonomi.

Dengan kata lain, menurut Rizal Ramli, rezim Jokowi gagal mengambil kebijakan makroekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca perdagangan sepanjang Januari-November 2018 mencapai 7,52 miliar dolar AS.

Padahal, negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam masih mencatatkan surplus. Bahkan, CAD Filipina hanya 1,25 miliar dolar AS.

"More significant moves are needed (langkah lebih signifikan yang dibutuhkan)," sambung RR.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya