MERESAHI suasana saling benci menjelang Pilpres 2019, sahabat merangkap mahaguru Konghucu saya, Suhu Tan Tay Yang sebagai pemuka kelenteng Hok Tek Bio, Ciampea, Bogor mengingatkan saya kepada wejangan Prabu Aji Saka sebagai asal usul aksara Jawa: “Hana Caraka Data Sawala Padha Jayanya Maga Bathangaâ€.
Dilengkapi upaya alih bahasa Indonesia: “Ada Utusan, Terjadi Pertengkaran , Sama Kuatnya, Keduanya Tewas Jadi Bangkaiâ€.
Mantra WisnuWarga Indonesia keturunan China, magister ilmu Perbandingan Agama lulusan Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta Fellowship 2016-2017 King Abdullah Bin Abdul Azis Interreligious Dialogue Vienna, Austria itu menyarankan agar semua selamat dari nasib “tewas jadi bangkai“ sebaiknya semua orang membaca mantra Wisnu sehari tiga kali, sambil puasa tujuh hari dengan buka hanya nasi putih dan air putih.
Yamaraja-jaramaya (Hai niat jahat berhentilah), Yamarani-niramaya (Hai yang datang pergilah), Yasilapa-palasiya (Hai yang membuat lapar kenyangkanlah), Yamidoro-rodomiya (Hai yang membuat melarat cukupkanlah), Yamidosa-sadomiya (Hai yang menyengsarakan hentikanlah), Yadayuda-dayudaya (Hai yang memorandi damaikanlah), Yasiyaca-cayasiya (Hai yang menipudaya berbelas kasihlah), Yasihama-mahasiya (Hai yang menjadi perusak perbaikilah), Lan den sabar sukuring ati, Insha Allah tinekan Sakarsanireku Gusti Allah mitulungi negoro.
Bhinneka Tunggal IkaWejangan Aji Saka diiringi mantra Wisnu sambil puasa tujuh hari dengan buka hanya nasi putih dan air putih diberikan oleh suhu Tan Tay Yang sebagai Tay Locu Kelenteng Ho Tek Bio alumnus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah kepada saya sebagai sesama warga Indonesia beragama Nasrani pada tanggal Cia Gwee 25/2/2570 AC atau 26 Legi 1952 Rejeb, merupakan fakta tak terbantahkan mengenai betapa indah Bhinneka Tunggal Ika menghias peradaban Nusantara tercinta ini sambil mengajak seluruh sesama rakyat Indonesia bersatu padu demi menghentikan angkara murka kebencian yang sedang mewabah di Tanah Air Udara dan Tanah Tumpah Darah tercinta ini. Merdeka!
Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan