Berita

Foto:Net

Publika

Konflik India-Pakistan: Penyebab Dan Kemungkinan Kerjasama

SELASA, 05 MARET 2019 | 01:15 WIB

DUA negara besar di Asia Selatan, India dan Pakistan sedang "menikmati" tensi akibat serangan yang dilancarkan kelompok militan. Kejadian itu berlangsung di Kashmir pada Februari lalu. Sudah pasti serangan ini membuat India naik pitam dan melancarkan serangan balasan. Dan pada akhirnya konflik antar kedua negara pun dimulai.

Ketegangan antara India-Pakistan ini membuat khawatir banyak pihak karena adanya kemungkinan untuk menggunakan nuklir. Kedua negara ini memang memiliki ratusan nuklir yang siap untuk diluncurkan dan kalau masih berlanjut, kemungkinan potensi perang senjata mematikannya itu semakin besar.

Respons yang Dihasilkan


Sampai saat ini konflik pun masih berlangsung. Kedua negara saling melancarkan serangannya. Dampaknya, beberapa korban berjatuhan mulai dari sipil sampai personil militer. Pakistan sebenarnya mengirimkan sinyal damai dengan melepaskan pilot militer India. Tapi di sisi lain, PM India Narendra Modi sedang berusaha mengumpulkan dukungan politik agar semua pihak bisa satu pandangan untuk menyelesaikan kasus ini. India juga menjanjikan akan melakukan retaliasi dan isolasi diplomatik terhadap Pakistan. Melihat respons yang berbeda, bisa disimpulkan bahwa konflik masih akan berlanjut untuk sementara waktu.

Sementara itu, beberapa negara dan organ internasional berupaya agar konflik ini reda. Rusia adalah salah satu negara yang menawarkan diri untuk menjadi jurudamai antar kedua negara ini. Kremlin pasti punya pertimbangannya, tetapi satu hal yang jelas adalah bahwa Rusia, India, dan Pakistan merupakan anggota dari Shanghai Cooperation Organization atau SCO). Tentunya konflik ini membawa kerugian yang tidak sedikit - apalagi kalau berlangsung lama baik bagi mereka berdua maupun Rusia.

Cara pandang berbeda ditunjukkan oleh organisasi negara islam terbesar, OKI. Pada saat konferensi, OKI mengundang India sebagai 'guest of honor' yang ditentang oleh Pakistan. Bahkan, ini pertama kalinya bagi India menghadiri konferensi OKI. Walau demikian, konferensi ini memberikan ruang yang besar bagi Pakistan untuk 'menyerang' India. Secara identitas kultural, jelas OKI akan berpihak kepada Pakistan, tetapi apa yang dilakukan oleh organ muslim itu adalah ingin mempertemukan kedua belah pihak untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

Terlepas dari apa yang dilakukan oleh kedua aktor tersebut, hanya India dan Pakistan yang bisa mendamaikan diri mereka sendiri. Tidak bisa dikatakan kalau konflik ini membawa dampak bagi regional Asia Selatan, akan tetapi yang bisa dipastikan adalah keamanan di Kashmir terganggu. Berita terakhir mengatakan bahwa ada enam orang sipil yang dilaporkan meninggal dunia. Seharusnya ini menjadi sinyal bagi mereka untuk berhenti.

Teroris adalah Penyebabnya

Kalau melihat penyebab konflik, ini terjadi karena disebabkan oleh ulah teroris Jaish e-Mohammad bukan Pakistan itu sendiri. Jaish-e-Mohammad ini adalah kelompok yang dibuat oleh Maulana Masood Azhar pada tahun 2001 yang bertujuan untuk memisahkan Kashmir dari India.

Oleh karenanya, India berusaha memburu mereka bahkan kalau perlu melampaui daerah line of control yang telah disepakati bersama. Saat ini pun ancaman yang harus diwaspadai oleh dunia bukanlah ancaman keamanan klasik seperti ekspansi militer, namun lebih kepada aktor-aktor non negara seperti teroris, pembajakan, perdagangan manusia dan narkoba. Apalagi serangan yang dilakukan ini melalui cara bom bunuh diri yang merupakan tipikal terorisme. Cara ini telah banyak terlihat di berbagai negara: Prancis, Jerman, Indonesia dan beberapa lainnya.

Karena serangan teroris ini membuat Pakistan dituduh menyediakan suaka atau perlindungan bagi organisasi teroris. AS yang menjadi garda terdepan pemberantasan teroris mengatakan kepada Pakistan untuk berhenti menyediakan perlindungan kepada teroris. India juga mengatakan secara implisit dan menghimbau Pakistan harus mengambil aksi dalam pemberantasan teroris. Tuduhan kepada negaranya pun ditepis oleh PM Imran Khan dimana saat ini Pakistan sedang bergerak ke arah stabilitas dan bersedia bekerja sama dengan India.

Apa Kemungkinannya?

Bagi India, serangan yang terjadi di Pulwama kemarin adalah ancaman terhadap keamanan nasional mereka yang harus segera dinetralisir. Sedangkan Pakistan ingin segera meredakan konflik ini dan menghentikan tuduhan yang terus menerus mengalir ke negara ini. Dan satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik ini adalah dengan kerjasama. Tetapi, kerjasama membutuhkan dialog sehingga mereka harus menyingkirkan dulu semua perbedaan.

Ada tiga kemungkinan jika kerjasama berhasil dibuat. Pertama adalah menyerahkan pemberantasan teroris kepada Pakistan. Kemungkinan ini bisa terjadi karena kelompok teroris Jaish-e-Mohammad berasal dari Pakistan dan selain itu, PM Imran Khan juga ingin menghancurkan tuduhan yang selama ini dialamatkan kepadanya. India juga menuntut respons yang keras terhadap Pakistan untuk menghentikan teroris dan juga mereka ingin menghindari isolasi diplomatik yang digulirkan oleh India.

Pilihan kedua adalah membuat satuan tugas gabungan. Kemungkinan ini kecil sebenarnya, tetapi opsi ini bisa muncul kalau India ingin dilibatkan dalam pemberantasan teroris ini. Teroris telah membunuh setidaknya 40 orang dari pasukannya dan telah mengancam keamanan nasionalnya. Bisa dikatakan, aksi teroris di Pulwama telah melepaskan batas kesabaran India sehingga mereka melakukan aksi unilateral. Sedangkan bagi Pakistan, pilihan ini adalah bentuk kompromi mereka yang cukup beresiko tetapi membuktikan itikad baik mereka untuk memberantas teroris.

Ada juga pilihan ketiga, yakni melibatkan pihak "luar" sebagai mediator jika Pakistan dan India terlalu enggan untuk melakukan dialog. Jika melihat dari kondisi sekarang, tentunya dalam beberapa waktu ke depan, kedua negara ini masih akan melakukan balas-membalas serangan. Ini bisa jadi faktor yang menghambat mereka untuk melakukan dialog karena sudah ada korban berjatuhan dari masing-masing pihak. Pihak ketiga bisa jadi kunci untuk mengumpulkan mereka dalam satu meja perundingan.

Rizky Ridho Pratomo
Mahasiswa Hubungan Internasional UPN "Veteran" Jakarta.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya