Berita

Bisnis

Resiko Sistemik Dilewati, Acungan Jempol Untuk BI Dan OJK

SELASA, 26 FEBRUARI 2019 | 17:15 WIB | LAPORAN:

Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berhasil menjangkar resiko inflasi yang berpotensi ditimbulkan oleh perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok.

Ini berarti dua sumber resiko sistemik yang utama pada tahun 2019 telah dilewati.
 
Demikian pandangan President Director Center for Banking Crisis, Achmad Deni Daruri di Jakarta, Selasa (26/2).


Dua sumber resiko sistemik yang dimaksud Deni yaitu, pertama, respon pengetatan kebijakan bank sentral negara maju termasuk Amerika Serikat dan negara emerging yang lebih agresif dibandingkan perkiraan.

Kedua, berlanjutnya kebijakan proteksionis Amerika Serikat yang meningkatkan eskalasi trade war antara Amerika Serikat dan Tiongkok diperkirakan semakin melemah.

"Dengan menggunakan pendekatan yang dilakukan oleh Rime, Scrimpf dan Syrstad tahun 2017 terbukti juga bahwa deviasi dalam covered interest parity yang umumnya terjadi secara persisten setelah global financial crisis juga dapat dijinakan," jelasnya.

Hal ini juga dinilainya bisa terjadi akibat kecerdikan pengelola sector moneter dan keuangan di Indonesia dalam mengelola kebijakan moneter dan keuangan yang tidak melemahkan peran negara dan masyarakat dalam pembangunan.

Deni menambahkan, teori ini sebetulnya dikembangkan oleh Raghuram Rajan lulusan Universitas Chicago yang pernah menjadi gubernur bank sentral India dan chief economist IMF. Namun justru di Indonesialah teori ini dapat diterapkan dengan baik oleh Bank Indonesia dan OJK.

Dengan penerapan teori ini, lanjut Deni, ancaman shok berupa contagion effect krisis perekonomian yang terjadi di Turki dan Argentina ke negara emerging lainnya semakin jauh panggang dari pada api.

"Acungan jempol patut diberikan khususnya kepada Perry Waluyo yang mampu melakukan kebijakan moneter yang bersifat divergensi setelah mampu membaca dengan baik pergerakan deviasi yang besar dari rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam konteks covered interest parity khususnya pada akhir tahun 2018 dan awal tahun 2019," kata Deni.

Deni yakin, jika kewaspadaan ini dapat dipertahankan dengan baik maka dapat diperkirakan bahwa stabilitas system keuangan pada tahun 2019 akan kembali dapat terjaga dengan baik. Apalagi, BI memprioritaskan menjaga stabilitas ketimbang pertumbuhan ekonomi. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya