Berita

Nasaruddin Umar/Net

Etika Politik Dalam Al-Qur'an (27)

Menimbang Aspek Kontinuitas dan Orisinalitas

MINGGU, 24 FEBRUARI 2019 | 08:18 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

SISTEMATISASI Al-Qur'an yang turun bertahap sam­pai 23 tahun mengisyarat­kan adanya unsur profes­sional di dalam mendekati masyarakat manusia. Ayat-ayat yang turun di bagian awal dalam periode Mekkah berisi doktrin tauhid. Dis­usul ayat-ayat yang turun di Madinah berisi ajaran Syari'ah dan sosial ke­masyarakatan. Islam melestarikan tradisi positif dan menerima perubahan yang lebih produktif.

Islam tidak dilahirkan di dalam ruang yang hampa budaya dan peradaban. Islam lahir di dalam sebuah dunia yang sudah sarat den­gan budaya dan peradaban. Nabi Muhammad Saw sebagai pembawa ajaran Islam tidak per­nah mengklaim sebagai perintis budaya dan peradaban yang samasekali baru. Ia bahkan dengan tawadhu dikatakan dalam hadisnya: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyem­purnakan akhlak mulia" (innama bu’itstu li utammim makarim al-akhlaq). Ia tidak pernah menolak budaya dan peradaban dari luar. Ia juga tidak pernah mematenkan budaya dan peradabannya yang yang dirasa positif untuk kemanusiaan. Ia menyerukan untuk menge­jar pengetahuan walau sampai ke tanah Cina (utulub al-'ilm wa lau bis Shin). Ia juga menga­takan: "Hikmah (peradaban) adalah milik umat Islam, ambillah di manapun kalian temukan" (al-hikmah dhalah al-mu'min fahaitsu waja­daha fa huwa ahaq biha). Al-Qur'an juga se­jak awal menyerukan pentingnya memelihara kontinuitas budaya dan peradaban. Segala se­suatu yang positif pada umat-umat terdahulu harus dilestarikan, karena dengan tegas dika­takan: "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya" (la nufarriq baina ahadin min rusu­lih). (Q.S. al-Baqarah/2:285).

Dengan demikian, pola imitative budaya dan peradaban dalam Islam harus dianggap sebagai sesuatu yang niscaya. Mungkin inilah yang di­populerkan Umar ibn Khaththab sebagai bid’ah hassanah, sebuah kelanjutan tradisi yang kon­struktif. Jika kita berbicara tentang kebudayaan dan peradaban Islam berarti kita berbicara ten­tang tradisi luhur kemanusiaan yang diwarisi secara kumulatif dari zaman ke zaman. Kebu­dayaan dan peradaban (civilization/al-hadharah) Islam bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri dan terpisah dengan budaya dan peradaban sebel­umnya. Soal kehadiran Islam memberikan corak dan warna baru memang ia dan hal ini sulit diing­kari. Di manapun dan sejak kapapun dalam lin­tasan sejarah kemanusiaan, selalu ada sintesa dan imitasi budaya dan peradaban. Hal ini lum­rah dan wajar, karena bukankah pada mulanya anak manusia ini berasal dari sepasang kakek dan nenek (Adam dan Hawa)?

Peta budaya dan peradaban kemanusiaan dari zaman ke zaman memiliki nilai-nilai univer­sal di samping nilai-nilai lokalnya. Islam sebagai ajaran yang sarat dengan nilai-nilai universal su­dah barang tentu memiliki pola dialektik sejarah­nya. Dengan kata lain, satu sisi harus memper­tahankan orisinalitas dan unsur-unsurnya yang genuine, tetapi pada sisi lain harus mampu men­embus batas-batas geografis dengan seperang­kat nilai-nilai lokalnya. Dalam kenyataan dialek­tika sejarah Islam, selain harus "menjinakkan" sasaran-sasarannya, maka ia pun harus dijinak­kan oleh sasaran-sasarannya. Sebagai contoh, selain harus mengislamkan Mesir, Persia, anak benua India, dan Nusantara, maka terlebih dahu­lu ia harus mengalami proses pemesiran, pem­ersiaan, pengindiaan, dan penusantaraan. Sama seperti Islam dalam periode awal, Islam yang la­hir dan tumbuh di jazirah Arab lalu berekspansi keluar di kawasan sekitarnya, maka nilai-nilai Is­lam pun harus mengalami penyesuaian ke da­lam dua konteks peradaban dengan apa yang disebut Marshall Hodgson dengan Irano-Semit di bagian Timur dan Afro-Erasia di bagia Barat. 

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Tulisan 'Adili Jokowi' Curahan Ekspresi Bukan Vandalisme

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:36

Prabowo Harus Mintai Pertanggungjawaban Jokowi terkait IKN

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:26

Penerapan Dominus Litis Melemahkan Polri

Minggu, 09 Februari 2025 | 07:03

Rontok di Pengadilan, Kuasa Hukum Hasto Sebut KPK Hanya Daur Ulang Cerita Lama

Minggu, 09 Februari 2025 | 06:40

Senator Daud Yordan Siap Naik Ring Lagi

Minggu, 09 Februari 2025 | 06:17

Penasihat Hukum Sekjen PDIP Bongkar Kesewenang-wenangan Penyidik KPK

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:53

Lewat Rumah Aspirasi, Legislator PSI Kota Tangerang Ajak Warga Sampaikan Unek-Unek

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:36

Ekonomi Daerah Berpotensi Merosot akibat Sri Mulyani Pangkas Dana TKD

Minggu, 09 Februari 2025 | 05:15

Saat yang Tepat Bagi Prabowo Fokus MBG dan Setop IKN

Minggu, 09 Februari 2025 | 04:57

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Menuju Indonesia Emas

Minggu, 09 Februari 2025 | 04:42

Selengkapnya