Berita

Nasaruddin Umar/Net

Membaca Trend Globalisasi (40)

Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Islam dan Keberadaan Agama Lokal

JUMAT, 18 JANUARI 2019 | 08:46 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

JIWA paling luhur manusia ti­dak pernah terpisah dengan agama. Sebagai zoon religion manusia sesungguhnya tidak pernah terasing dengan aja­ran agama. Hanya saja ma­sih ada orang yang tidak sa­dar kalau sesuatu yang hidup dalam lubuk hatinya paling dalam tidak lain adalah fe­nomena agama. Sekafir apapun seseorang pasti memiliki rongga agama di dalam dirinya. Orang yang berfaham komunis bisa saja mengingka­ri adanya Tuhan tetapi tidak akan pernah bisa mengingkari adanya minsteri kehidupan. Di mana ada misteri di situ ada God Spot yang bekerja di dalam alam bawah sadar manusia. Misteri ke­hidupan setiap manusia menjadi bukti adanya Tu­han yang biasa disebut kekuatan super natural, kekuatan gaib, keajaiban alam, atau apapun na­manya. Mungkin ada yang menolak agama tetapi funsi dan keberadan unsur-unsur agama di dalam diri lingkungan hidupnya sulit diingkari.

Jauh sebelum agama-agama besar datang ke negeri ini seperti Hindu, Budha, Protestan, Kato­lik, Islam, dan Khonghucu, bangsa Indonesia su­dah mengenal sistem religi, bahkan sejumlah et­nik sudah mengenal konsep Tuhan Yang Maha Esa, seperti masyarakat Bugis-Makassar seba­gaimana disebutkan di dalam Lontara (manus­krip kuno tercatat di dalam daun lontar, yang kini tersimpan di museum Belanda). Dalam Lontara terungkap bahwa masyarakat Bugis-Makassar sudah mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diistilahkan dengan Dewata Sewwae (Dewata=Tuhan, Sewwa=Esa). Dalam Epik Lagaligo, yang oleh Prof. Zainal Abidin dise­but sezaman dengan Nabi Muhammad, abad ke 6 M.) masyarakat Bugis Makassar sudah ber-De­wata Sewwa atau berketuhanan yang maha esa.

Bukti-bukti arkeologis dan antropologis menunjuk­kan adanya aktifitas manusia prasejarah di kawasan Nusantara semenjak ribuan tahun lalu. Ditemukann­nya beberapa fosil manusia purba, sebagaimana dije­laskan dalam artikel terdahulu, menunjukkan adanya aktifitas budaya dan peradaban serta sistem religi di dalam kehidupan mereka. Atas dasar ini sulit untuk diterima bahwa Hindu dan Islam yang memberi be­kas di dalam seni, budaya, dan peradaban nusantara, seolah-olah agama-agama tersebut memasuki ruang yang hampa budaya dan agama lalu mengisi keko­songan itu. Justru para raja lokal serta merta memeluk agama Hindu-Budha kemudian Islam kerena diang­gapnya bagian dari kelanjutan dari sistem religi yang dipertahankan secara turun temurun.


Seorang petualang popular, Ptolemaus, pen­emu banyak negeri, menggambarkan adanya kepulauan yang disebut Khersonesos (Yunani: Pulau emas) dan sejarah China yang disebutnya dengan Ye-po-ti yang di antaranya diperkenalkan dengan Jabadiou/Jawa. Di zaman ini sudah dike­nal wilayah Jawadwipa, Swarnadwipa, Bugis, dan lain-lain. Masyarakat yang menghuni kepulauan ini sudah mengenal sistem religi dan memper­cayai adanya kekuatan gaib dan sistem penyem­bahan terhadap kekuatan gaib tersebut. Ini mem­buktikan bahwa kemudahan masyarakat bangsa Indonesia memeluk agama yang baru dikenalnya karena mereka sudah memiliki pengalaman batin, yang antara satu sama lain agama-agama yang datang ke negeri ini memiliki unsur persamaan.

Analisis sistem budaya juga menggambarkan masa ini sebagai masa akulturasi yang amat pent­ing, di mana budaya dan sistem religi luar bisa be­radaptasi dalam konteks budaya kepulauan Nu­santara. Di dalamnya ada pengaruh Hindu, Arab (Islam), Cina, Portugis, dan Inggeris. Sistem bu­daya, sistem religi, sistem ekonomi, dan sistem teknologi sudah banyak ditemukan di pusat-pusat kerajaan Nusantara sejak dahulu kala. Namun perkembangan system religi di dalam masyarakat selalu mengalami perkembangan. 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

UPDATE

Platform X Setor Denda ke Negara Atas Pelanggaran Konten Pornografi

Minggu, 14 Desember 2025 | 10:04

Prabowo Komitmen Tindak Tegas Pembalakan Liar di Sumatera

Minggu, 14 Desember 2025 | 10:02

KPK Sebut Temuan BPK Soal Penyelenggaraan Haji Tahun 2024 Jadi Informasi Tambahan

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:43

Prabowo Pastikan Distribusi Pangan Jangkau Wilayah Bencana Terisolasi

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:16

Cuaca Jabodetabek Cenderung Cerah Berawan di Akhir Pekan

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:01

Koalisi Permanen Perburuan Kekuasaan atau Kesejahteraan Rakyat?

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:51

KPK Masih Telusuri Dugaan Alur Perintah Hingga Aliran Uang ke Bupati Pati Sudewo

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:17

JEKATE Running Series Akan Digelar di Semua Wilayah Jakarta

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:08

PAM Jaya Didorong Turun Tangan Penuhi Air Bersih Korban Banjir Sumatera

Minggu, 14 Desember 2025 | 07:40

PKS Jakarta Sumbang Rp 1 M untuk Korban Bencana Sumatera

Minggu, 14 Desember 2025 | 07:31

Selengkapnya