Berita

Foto/Net

Bisnis

Industri Ritel Ngarep Berkah dari Dana Desa

Incar Pertumbuhan 12 Persen
JUMAT, 04 JANUARI 2019 | 09:50 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Industri ritel membidik pertumbuhan bisnis hingga 12 persen pada tahun 2019. Salah satu pendorongnya, kenaikan dana desa menjadi Rp 73 triliun yang diharapkan bisa menggenjot daya beli masyarakat.

Ketua Umum Asosiasi Pengu­saha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan, pada 2018 industri ritel tumbuh 10 persen. Sehingga pada tahun ini diharapkan mampu tumbuh lebih tinggi, yaitu 11 persen-12 persen. "Kita harapkan bisa meningkat di angka 11 persen-12 persen," ujar dia di Jakarta, kemarin.

Dia mengungkapkan, salah satu faktor pendorong dari pertumbuhan ritel di tahun ini yaitu, kenaikan dana desa dan adanya dana kelura­han yang dialokasikan pemerintah pusat ke daerah. Dana ini diharap­kan menjadi stimulus bagi pening­katan daya beli masyarakat.

"Kita harapkan bisa lebih baik karena dana desa ditingkatkan dari Rp 60 triliun menjadi Rp 73 triliun. Kemudian ada dana kelu­rahan. Itu diharapkan signifikan memberikan produktivitas bagi masyarakat," kata dia.

Roy mengatakan, pertumbu­han ritel di tahun ini juga akan didorong oleh penyelenggaraan Pemilu. Diharapkan, Pemilu ber­langsung dengan kondusif agar masyarakat tidak menahan kon­sumsinya di tahun politik ini.

"Kemudian ada pesta demokrasi dengan Pemilu, itu juga akan meningkatkan konsumsi, pemakaian baju, seragam, dan makanan minuman."

Namun yang penting, kata dia, adalah kestabilan politik. Menu­rutnya, ketika Pemilu berjalan baik maka kepercayaan kon­sumen, investor, pelaku usaha terjaga. "Sehingga mendongkrak kepada pertumbuhan yang lebih baik lagi," tandas dia.

Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta optimistis, bisnis ritel masih dapat terus bertumbuh. Meskipun, industri ritel disebut akan terdampak revolusi industri.

"Saya kira, yang terkena dampak revolusi industri 4.0 tidak hanya di bisnis ritel, tapi di semua industri," ujarnya.

Tutum mengamini, perubahan konsumsi dan belanja masyarakat yang mengandalkan e-commerce juga memberikan dampak terhadap industri ritel. "Merespons tren tersebut, bisnis ritel akan tetap membuka gerai, salah satunya dengan cara mengefisienkan ruang di tiap gerai yang disesuaikan dengan jumlah pegawai," katanya.

Ketua Umum Himpunan Penye­wa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, grafik pertumbuhan industri mulai mengalami pening­katan yang cukup baik.

"Saya lihat ini membaik terus. Untuk tahun ini, dengan tren terse­but itu saya rasa masih akan meningkat terus karena ritel kita sudah turun hampir 3 tahun ini," ujarnya.

Dirinya menyampaikan, data dari anggota, tercatat jumlah ekspansi pada tahun ini jauh lebih besar ketimbang penutupan. Hal tersebut didukung oleh faktor ek­spansi peritel di segmen food and beverages yang rajin membuka gerai atau restoran baru tahun ini.

"Format restoran itu buka gerai terus, tetapi format departe­ment store dan hypermarket ini yang agak menurun. Format ge­rai yang luas dan besar-besar ini masih belum baik," lanjutnya.

Dari beberapa format, menu­rutnya minimarket masih men­jadi segmen yang bertumbuh cu­kup baik dari sisi kinerja, disusul oleh segmen F&B dan specialty store. Sedangkan segmen de­partment store dan fesyen masih sedikit mengalami tekanan.

Hal senada diungkapkan Managing Director PT Panen Les­tari Internusa Handaka Santosa. Menurutnya, pertumbuhan pasar ritel di Tanah Air menunjukkan tren membaik. Hal ini ditunjuk­kan oleh pertumbuhan salah satu unit usahanya, yakni SOGO, yang mencapai pertumbuhan dua digit.

"SOGO berhasil tumbuh dua digit. Ini berkat inovasi kami yang melakukan kolaborasi sistem offline dan online," tegas Handaka yang juga CEO SOGO Indonesia itu.

Gaya hidup digital masyarakat juga mendorong bertumbuhnya sektor ritel offline. Misalnya konsumen melakukan pembelian secara online, tetapi mengambil barang yang dibeli di toko fisik di mal dan menggunakan pem­bayaran nontunai. "Ini sekarang menjadi tren," tutupnya. ***

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya