Berita

Sri Mulyani/Net

Politik

Prestasi Semu Menteri Keuangan Sri Mulyani di Tahun 2018

RABU, 02 JANUARI 2019 | 21:53 WIB | OLEH: GEDE SANDRA

KEMENTERIAN Keuangan akhirnya keukeuh membanggakan tercapainya target 100 persen penerimaan negara sebagai prestasi utamanya. Seperti disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani melalui konferensi pers sore ini (2/1), penerimaan negara tahun 2018 mencapai 102,5 persen (Rp 1.942,3 triliun) dari target sebesar Rp 1.894,7 triliun.

Sayang sekali, ini adalah prestasi yang semu. Karena tercapainya 100 persen target penerimaan negara ternyata bersifat “musiman”. Maksudnya “musiman” di sini yaitu hanya terjadi pada saat musim harga minyak dunia sedang tinggi, jauh di atas asumsi harga minyak di anggaran (APBN). Selain tahun 2018, tercapainya target 100 persen penerimaan juga terjadi pada saat “musim” harga minyak tinggi di tahun 2007 (102,5 persen dari target) dan 2008 (109,7 persen dari target).

Tahun 2018 harga rata-rata minyak dunia 70 dolar AS/barel, sedangkan asumsi harga minyak APBN jauh di bawah hanya 48 dolar AS/barel. Tahun 2007 harga rata-rata minyak dunia 73 dolar AS/barel, sedangkan asumsi harga minyak APBN 60 dolar AS/barel (dinaikkan APBN-P 2007 menjadi 63 dolar AS/barel). Tahun 2008 harga rata-rata minyak dunia 100 dolar AS/barel, sedangkan asumsi harga minyak APBN $60/bbl (dinaikkan APBN-P 2008 menjadi 83 dolar AS/barel).


Selain harga minyak, yang juga cukup membantu tercapainya target penerimaan negara adalah pelemahan kurs Rupiah (Rp) terhadap dollar AS ($). Selama tahun 2018, kurs Rupiah melemah secara rata-rata hingga Rp 14.750/dolar AS, jauh di atas asuamsi nilai tukar APBN sebesar Rp 13.400/dolar AS. Menurut Kemenkeu sendiri, setiap pelemahan Rupiah sebesar Rp 100/dolar AS dapat menambah penerimaan APBN sebesar Rp 900 miliar hingga Rp1,5 triliun.

Kemudian tentang capaian berkurangnya defisit APBN sebesar 1,76 persen (di bawah target APBN 2,19 persen), yang juga dibanggakan Menkeu Sri Mulyani sebagai prestasi. Perlu diketahui bahwa ini juga merupakan prestasi yang semu, karena dicapai dengan mengorbankan kesehatan BUMN. “Kanker” kerugian yang seharusnya diderita APBN, dipindah ke BUMN.

Akibat harga minyak dunia, laba Pertamina (hingga Kuartal-III 2018) anjlok hingga Rp 5 triliun, atau hanya 15 persen dari target awal sebesar Rp32,7 triliun. Akibat pelemahan kurs rupiah, rugi PLN (hingga Kuartal-III 2018) membengkak hingga Rp 18,5 triliun, padahal BUMN ini sebelumnya menargetkan laba Rp 10,4 triliun di tahun 2018.

Selain pemindahan kanker ke BUMN, berkurangnya defisit juga diakibatkan penundaan berbagai proyek infrastruktur oleh Pemerintah. Seperti diketahui, akibat pelemahan kurs rupiah, pada bulan September lalu Pemerintah memutuskan untuk menunda sebagian proyek infrastruktur hingga tiga tahun ke depan.

Jadi, tercapainya target 100 persen penerimaan negara dan berkurangnya defisit ternyata bukan berasal dari perbaikan kinerja. Indikator kunci (key indicator) dari kinerja Menteri Keuangan sebenarnya adalah rasio penerimaan pajak. Bila terjadi peningkatan rasio penerimaan pajak, maka kita angkat topi karena itu adalah prestasi yang riil. Sayang, ternyata fakta berkata lain.

Menurut Kemenkeu pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 sebesar 5,15 persen, maka Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2018 seharusnya sebesar Rp 14.288,6 triliun. Artinya, dengan penerimaan pajak tahun 2018 hanya sebesar Rp 1.315,9 triliun (Kemenkeu, 2019), maka rasio penerimaan pajak terhadap PDB (tax ratio -definisi sempit versi Pemerintahan saat ini) adalah sebesar 9,2 persen.

Perlu diketahui, bahwa besaran tax ratio tahun 2018 sebesar 9,2 persen ini bukan saja yang terburuk selama 4 tahun Pemerintahan Jokowi, melainkan juga yang terendah dalam 45 tahun terakhir perjalanan sejarah Indonesia (sumber: data Bank Dunia). Tragis, di tangan Menteri Keuangan yang katanya terbaik di Dunia, tax ratio pemerintahan Presiden Jokowi malah yang terburuk dari pemerintahan lima Presiden sebelumnya. [***]

Penulis adalah analis ekonomi

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya