Berita

Ilustrasi/Net

Nusantara

Rantai Distribusi Penyebab Mahalnya Daging Sapi Lokal

SELASA, 18 DESEMBER 2018 | 13:03 WIB | LAPORAN:

Harga daging sapi segar di pasaran konsisten tinggi di atas Rp 100 ribu per kilogram.

Banyak hal yang menyebabkan harga daging sapi segar terus tinggi, salah satunya akibat panjangnya rantai distribusi.

Pengamat pangan Assyifa Szami Ilman mengatakan, panjangnya rantai distribusi daging sapi lokal memengaruhi harga daging sapi di pasaran. Hal itu terjadi karena munculnya biaya-biaya tambahan seperti biaya transportasi.


Dia menjelaskan, daging sapi lokal melewati tujuh hingga sembilan tahap sebelum sampai di tangan konsumen. Proses distribusi dimulai dari peternak yang menjual sapi langsung kepada pedagang berskala kecil atau tempat penggemukan sapi (feedlot) yang memberi makan sapi secara intensif untuk meningkatkan bobot sapi dan nilai jual.

"Tahapan selanjutnya adalah sapi dijual lagi ke pedagang setempat berskala besar dengan menggunakan jasa informan untuk mendapatkan harga pasar yang paling aktual. Kemudian, sapi dijual lagi ke pedagang regional yang wilayah dagangnya meliputi beberapa kabupaten, provinsi dan sejumlah pulau kecil," papar Ilman kepada wartawan, Selasa (18/12).

Setelah itu, sapi dijual ke pedagang di penampungan ternak atau holding groud. Tahap ini berfungsi sebagai area transit smabil menunggu pedagang grosir dari rumah potong hewan (RPH) untuk memilih hewan ternak yang akan dibeli dan dipotong. Lalu, daging sapi yang dihasilkan dapat dijual langsung ke pedagang grosir berskala besar di pasar atau melalui tengkulak yang membantu pedagang di RPH untuk mendapatkan pembeli.

Tahapan selanjutnya adalah menjual daging sapi ke pedagang grosir berskala kecil. Mereka yang kemudian menjual daging sapi ke pedagang eceran di pasar tradisional atau supermarket sebelum akhirnya sampai ke konsumen.

Menurut Ilman, memangkas rantai distribusi dengan menyerahkan prosesnya ke badan-badan pemerintah bukan jalan keluar yang tepat. Pasalnya, jika pemerintah mau menangani semua proses distribusi daging sapi maka harus siap menanggung seluruh biaya terkait transportasi. Proses distribusi daging sapi yang melibatkan pemerintah sebagai pelakunya akan menghabiskan anggaran negara yang tidak sedikit.

"Sebagai ilustrasi, kita bisa melihat proses distribusi daging sapi di Jawa Barat, provinsi dengan tingkat konsumsi daging sapi tinggi, dan Jawa Timur, provinsi penghasil daging api terbesar di Indonesia. Mengacu pada data Badan Pusat Statistik pada 2017 lalu," ujarnya.

Biaya transportasi untuk distribusi daging sapi di Jabar sebesar Rp 1.284, 29 per kilogram. Sementara biaya distribusi daging sapi adalah Rp 445,83 per kilogram di Jatim. Hal itu disebabkan adanya jarak yang dekat antara peternak dengan pedagang yang membawanya hingga ke tingkat konsumen di Jatim.

Dengan menggunakan angka ini, maka dapat diperkirakan rata-rata biaya transportasi rantai distribusi daging sapi di Indonesia adalah Rp 1.004,81 per kilogram. Dengan perhitungan kebutuhan nasional yang mencapai 709.540 ton di tahun 2017 maka pemerintah harus menyiapkan dana Rp 713 miliar atau setara USD 52,8 juta untuk biaya transportasi untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

"Pengembangan sapi impor yang diternak di Indonesia juga seringkali menghadapi tantangan, seperti kurangnya kapasitas peternak serta minimnya penguasaan mereka terhadap teknik ternak dan teknologi yang efisien. Tingginya harga pakan ternak akibat tidak dilakukannya impor jagung juga memengaruhi kualitas makanan yang dikonsumsi ternak," papar Ilman yang juga peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS). [wah]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya