SEMUA diktator dunia punya solusi meredam domestic turmoil. Solusinya "start war on foreign land" atau "sharpens domestic ethnic divisions."
Respon terhadap potensi riot pasca harga minyak naik, Putin started a war on eastern Ukraine and Syria.
Rezim lemah, nggak punya military muscle, lebih memilih opsi intensifikasi ketegangan rasial. Mengadu domba rakyatnya sendiri.
Joko-Maruf
is in dilema. Pamor merosot. Ambruk. Pencitraan empat tahun ambrol. Reuni 212 Bela Tauhid tidak bisa diredam. Janji-janji palsu 2014 terus diangkat. Blunder demi blunder pecah. Maruf Amin tidak
market friendly. Pajak cekik leher pengusaha
middle class. Segelintir Tionghoa lirik Prabowo-Sandi. Mitos Khilafah, HTI, Surianisasi, dan Islam Militan diintensifikasi. Tionghoa nggak bergeming. Malah
ngumpulin donasi. Sambil nyanyi lagu mandarin bareng Bu Titiek Suharto.
Spin doctors Ko-Ruf ubah taktik. Mainkan kartu Anti Tionghoa. Tanam agen rasis di kubu oposisi. Ngipas sentimen Anti Tionghoa.
Tanpa malu, grup Crypto fascist refashioning diri sebagai squadron brutal anti-civil-rights vigilante.
Kelakuan mereka persis dengan Liberal Pro Hillary yang menuding Trump sebagai white supremacists. Karena ada Klu Klux klan di kubu Trump. Sebagai fragmen kecil di antara sub grup
Hispanic, Black, Asiatic dan mayoritas
white Protestant. Trump merespon, “
I don’t know anything about white supremacy or white supremacists".
Liberal, Komunis, dan Hillary mengejar. Trump dikait-kaitkan dengan David Duke, mantan
grand wizard Klu Klux Klan.
Mereka bahkan ngarang cerita seputar aksi 1.000 orang
white-robed Klansmen menyerbu perkampungan Jamaica di Distrik Queens. Tujuh orang ditangkap. Salah satunya Fred Trump, ayah dari Donald Trump.
Modus serupa diimplementasi haters Prabowo. Setelah gagal memainkan supercharged mitos Khilafah, Prabowo dituduh sebagai "Antek Asing-Aseng".
Modus Jokower ini disebut "
Red Herring" atau "
Ignoratio elenchi". Kebhinekaan kubu Prabowo sebagai fakta kontra
hoax khilafah hendak dikesampingkan dengan distorsi baru. Ya itu, narasi "Antek Asing-Aseng".
Padahal, di hadapan seribuan pengusaha kecil-menengah etnik Tionghoa, Pak Prabowo mengatakan, "Saya hormat Tiongkok sebagai negara besar dan berbudaya 5 ribu tahun. Tapi saya bukan antek-antek Tiongkok".
Syahdan, kaum
crypto fascist tetap memandang WNI Tionghoa sebagai anasir asing.
Aliens in Indonesian soil. Sebagai
single entity. Padahal,
since the Neolithic period, sebagai
ethnic group, Chinese tidak pernah menjadi sebuah kelompok homogen.
Sebagai mega
ethnic group, Tionghoa sangat plural. Dari segi
social class, sama seperti suku lain, Tionghoa terdiri dari
klasse capitalis, bourgeois, proletar, bandit, pundit, dan spiritual men.
Mengeneralisir Tionghoa sebagai satu entitas tunggal sama dungunya dengan
crypto fascist menyatakan "Prabowo Anti sekaligus Antek Asing-Aseng."
[***]
Penulis merupakan Aktivis Komunitas Tionghoa Antikorupsi