Berita

Warga Uighur China/Net

Dunia

Indonesia Cari Aman Soal Masalah Uighur?

JUMAT, 14 DESEMBER 2018 | 08:52 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Indonesia tidak banyak terdengar menyuarakan keprihatianan di forum-forum internasional atau protes atas kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada kelompok muslim Uighur di Xinjiang, China.

Di forum internasional Universal Periodic Review (UPR) yang digelar baru-baru ini, misalnya, Indonesia lantang menyuarakan keprihatinan atas masalah Rohingya di Myanmar. Namun tidak buka suara masalah diskriminasi kelompok muslim Uighur di China.

Kritik tersebut juga disuarakan di Rapat Paripurna DPR Masa Persidangan II Tahun 2018-2019 yang digelar di Komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (13/12). Rapat tersebut dihujani interupsi soal nasib muslim Uighur di Xinjiang.


Sekretaris Fraksi PKS DPR RI, Sukamta dalam interupsinya mengatakan, Indonesia harus menghormati kedaulatan China di satu sisi. Namun di sisi lain, hak asasi warga muslim Uighur juga harus dihormati.

Dia mendesak agar Indonesia bisa menjalin komunikasi dengan China terkait masalah ini serta buka suara di forum internasional sebagai anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) demi membantu mengatasi masalah warga Uighur.
Namun, masalah yang terjadi pada kelompok muslim Uighur di China merupakan masalah yang rumit.

"Di satu sisi, Uighur ingin adanya otonomi, sementara China, seperti NKRI, tidak menerima hal tersebut," kata Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL (Jumat, 14/12).

Terlebih, sambungnya, Uighur merupakan kelompok yang berbasis Islam, sehingga ada sentimen yang muncul dan menyebut bahwa jika tidak membantu Uighur sama dengan melawan Islam.

Padalah, jelas Hikmahanto, masalah Uighur tidak sama dengan masalah Rohingnya di mana warga Muslim Rohingya didiskriminasi karena identitasnya.

"Di Myanmar mereka sudah sampai menarik atensi intenasional dan masalah Rohingya bukan dalam konteks memisahkan diri seperti Uighur," tuturnya.

Lebih lanjut dia menilai bahwa sikap Indonesia saat ini sudah tepat, karena Indonesia juga masih memiliki masalah internal serupa dan tidak ingin kedaulatan NKRI terganggu.

"Banyak yang bilang, kok karena China kita jadi tidak bersuara? Bukan itu, tapi ini masalah supaya kita tidak backfire atau melakukan tindakan keluar yang bisa memukul diri kita sendiri," tegasnya. [mel]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya