Berita

Aksi menuntut kebebasan/Net

Politik

Anjing-Anjing Liberals

SELASA, 04 DESEMBER 2018 | 13:52 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

LIBERALS hidup di atas pretext “no rule is the rule”. Semau gue. Materialistik. Sok ilmiah. Bebas. Freedom. Fraternity. Equality.

They resepect nothing. No priest, no ulama, no scriptures. Hanya ada diri mereka dan syahwat.

Mereka penerus The Age of Reason (Enlightenment). Mereka lahir tahun 1620an. Ketika Les Philosophes sering ngumpul di Masonic lodges, scientific academies, coffee houses, dan literary salons. Sambil minum vodka, Mereka cetak buku dan pamphlet agitasi. Menghajar kaum agama dan orthodoxy.


Orbit otak liberal klasik seputar liberty, tolerance, progress dan fraternity.

Di economic scale, pada titik extrim kanan, ada anarcho-syndicalist. Di tengah, mereka akui butuh limited government. Sedikit ke kiri, mereka bermetamorfosis menjadi social-liberalist. Di kiri extrim, mereka berubah menjadi komunisme.

Liberals tajir menuhankan uang. Awalnya, mereka adopsi sistem "Laissez-faire". Anti intervensi pemerintahan. Nggak boleh ada subsidi, tarif, regulasi dan privileges. Birokrasi adalah penyakit. Mereka sebut ini "libertarian capitalism" atau free market.

Ketika liberals ngga mampu kontrol disgruntled mass, mereka ciptakan authoritarian system. Hitler, Mao, Stalin, Polpot, to name a few.

Di Indonesia, liberals memilih sebuah kompromi. Mereka nggak ingin totalitarian regime. Tapi mereka butuh limited "Coercive Power” menghajar ulama seperti Habieb Rizieq.

Salah satu ciri semua types liberals adalah universal dislike terhadap "Tirani Mayoritas". Karena itu, mereka butuh active role of government sebagai agent coersive. Just like Keynesian.

Di skala micro, Sujiwo Tejo merupakan contoh paling vulgar dari kelakuan seorang liberal.

Pakai topi coboy dan jacket jeans, tapi mendorong extrim javanesse ethno-nationalism dengan membangun delusi "penjajahan Arab". Liberal arts membenturkan tradisi dan local wisdom dengan agama. Thus, rapopo ngaji dengan langgam Jawa. [***]

Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Komisi V DPR: Jika Pemerintah Kewalahan, Bencana Sumatera harus Dinaikkan jadi Bencana Nasional

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:14

Woman Empower Award 2025 Dorong Perempuan Mandiri dan UMKM Berkembang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:07

Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi di Akhir Pekan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:58

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:44

DPR: Jika Terbukti Ada Penerbangan Gelap, Bandara IMIP Harus Ditutup!

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:24

Banjir Aceh, Untungnya Masih Ada Harapan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:14

Dana Asing Masuk RI Rp14,08 Triliun di Awal Desember 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:08

Mulai Turun, Intip Harga Emas Antam Hari Ini

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:03

Netflix Beli Studio dan Layanan Streaming Warner Bros 72 Miliar Dolar AS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:43

Paramount Umumkan Tanggal Rilis Film Live-Action Kura-kura Ninja Terbaru

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:35

Selengkapnya