Berita

Nasaruddin Umar/Net

Peristiwa Kontroversi Yang Dilakukan Nabi & Sahabat (32)

Merintis dengan Strategi Iqra' bi Ism Rabbik (2)

SENIN, 03 DESEMBER 2018 | 09:24 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

SEPERTI kata Ibnu Khadun, ada generasi perintis, generasi pembangun, generasi pe­nikmat, dan generasi peng­hancur. Rupanya dunia Islam (baca: Dunia Arab) tidak mampu mempertahankan lebih lama generasi penikmat yang telah dirintis dan dibangun Nabi. Masa kejayaan Islam selama enam abad tidak bisa berlangsung lebih lama karena pusat-pusat kerajaan Islam terlalu jauh meninggalkan ruhul Islam. Akibatnya lahirlah periode kelima, yang ditandai dengan melemahnya pusat-pusat kerajaan Islam dan kebangkitan Eropa di abad XIII. Periode ini ditandai dengan semakin bangkitnya pemikiran dunia Barat khususnya Eropa. Buku-buku dan kitab-kitab yang baik dari Timur Islam diambil dan diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, khususnya bahasa Inggris, Perancis, dan Spanyol.

Perpecahan dan bahkan perang saudara antara dinasti-dinasti Islam berlangsung di mana-mana. Belum lagi dekadensi moral semakin meluas di dalam masyarakat. Apa yang terjadi pada masa jahiliyah kembali diadopsi anggota keluarga raja dan kalangan elit bangsa Arab, misalnya tradisi harem (gundit-gundit) yang sudah pernah tidak kedengaran pada masa awal Islam kembali marak lagi, khususnya di lingkungan istana. Malah menurut Fatimah Mernissi, di antara seluruh raja yang pernah berdaulat di dinasti Bani Abbasiyah, hanya dua orang yang lahir dari permaisuri sah, selebihnya berasal dari isteri selir raja.

Hal lain yang perlu dicatat ialah merosotnya akti­fitas ilmu pengetahuan. Pemikiran mu’tazilah yang menjunjung tinggi pikiran dan logika seolah-olah dipandang sebagai aliran sesat. Akibatnya aktifitas pemikiran dan ilmu pengetahuan mandeg. Kebetulan setelah pemikiran mu'tazilah menurun digantikan oleh aktifitas tasawuf, yang lebih menekankan aspek rasa dan spiritualitas. Khurafat, bid'ah, dan pemikiran mistik dan spekulatif berkembang cepat dalam dunia Islam. Pandangan dunia (Islamic world view) berbalik dengan periode-periode sebelumnya. Periode ini betul-betul memalukan bagi dunia Islam.

Menurut teori politik Ibnu Khaldun, yang membagi periode sejarah kerajaan itu pada empat periode, yakni periode perintis, periode pembangun, periode penikmat, dan periode penghancur. Periode penghan­cur ini terjadi di dalam abad XIII. Cepat atau lambatnya siklus Ibnu Khaldun ini tergantung konsisten atau tidaknya para pelaku politik di dalam memerankan peran politiknya. Al-Qur’an sendiri meniscayakan perubahan itu, sebagaimana diisyaratkan dalam Q.S. Ali 'Imran/3:140. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa yang punya ajal itu bukan hanya manusia sebagai per­orangan tetapi suatu masyaakat juga punya ajal, likulli ummatin 'ajal (setiap suatu komunitas itu mempunyai ajal). Dan dalam ayat lain juga dikatakan, "apabila ajal tiba tidak akan ditunda atau dipercepat".

Dalam periode ini berkembang faham positifisme yang menganggap agama adalah candu bagi masyarakat. Semua bisa diselesaikan dengan sains dan teknologi. Memang mistisisme di Barat bisa diredam tetapi mempertentangkan ilmu pengetahuan dan agama merupakan kesalahan besar. Akibat dari berbagai kekecewaan ini maka muncul suatu kecenderungan baru dalam masyarakat untuk merevisi ulang pandangan hidup dunia Barat yang sedemikian jauh dirasuki pikiran sekularisme.

Kecenderungan inilah, menurut Prof Hull, yang men­jadi cikal bakal lahirnya periode berikutnya, yaitu peri­ode kebangkitan Islam jilid II. Kebangkitan hellenisme jilid II maju cepat, termasuk menghidupkan kembali mazhab empirisme Aristoteles dan rasionalisme Plato, yang kemudian dikenal New Platonisme. Kedudukan agama pada periode ini mengalami stagnan. Satu persatu dunia Islam takluk di bawah kekuasaan penjajah Barat. Dunia Barat hanya mengembangkan sains dan teknologi tetapi melupakan agama sebagai pembimbingnya. Mereka baru sadar setelah bom Atom meledak di Hirosima dan Nagasaki. 

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya