. Anggota Dewan Pertimbangan Partai Berkarya, Zainal Bintang ikut menanggapi pernyataan Wakil Sekjen PDIP Ahmad Basarah yang dinilai memojokkan Presiden kedua RI Soeharto dengan tuduhan sebagai guru korupsi.
"Wajar dong jika hal itu memantik suhu politik menjadi panas," kata Zainal Bintang, Jumat (29/11).
Secara pribadi, dia masih kurang percaya kalau Basarah berkata seperti itu. Sebab menyerang Soeharto dengan kata-kata yang kasar begitu, itu kurang arif dan tidak berdasar. Wajar jika ada resikonya, yaitu adanya reaksi keras dari kader dan petinggi Partai Berkarya pimpinan Tommy Soerharto.
Menurut mantan kader senior Partai Golkar itu, bukan cuma keluarga besar Partai Berkarya yang marah. Tentu banyak juga rakyat marah, karena tidak nyaman oleh ujaran kebencian yang dilontarkan tanpa dasar yang ditujukan kepada mantan pemimpin bangsa.
Ketika Soeharto berkuasa, bisa saja memang terjadi kesalahan kebijakan. Namanya juga manusia biasa tidak luput ari kehilafan. Namun demikian tentu ada juga segi-segi kebaikannya kepada bangsa ini yang tidak boleh dinafikan atau dilupkan begitu saja.
"Itu namanya tidak adil," tegas Zainal Bintang, sembari menambahkan, Soeharto pun sudah menerima hukuman sosial dengan melepas jabatannya di tengah jalan.
Terhadap adanya ucapan yang menuduh Soeharto sebagai guru korupsi, itu sangat naif. Cara berpolitik dengan menyerang lawan politik secara serampangan itu namanya ortodoks.
"Itu pertanda ketidak matangan sebagai politisi," kata Zainal Bintang lagi.
Tindakan menyerang kehormatan seorang tokoh bangsa bukan sikap yang positif untuk membesarkan bangsa. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.
Mengapa para politisi beken itu tidak mengangkat isu keterbelakangan minimnya fasilitas kesehatan, misalnya. Sehingga menimbulkan busung lapar. Tugas utama seorang politisi sejati itu adalah mencerdaskan rakyat. Bukan sebaliknya menjejali rakyat dengan intrik, fitnah dan ujaran kebencian, politisi yang demikian itu adalah perusak bangsa.
"Tidak ada tempat baginya di negeri ini," demikian Zainal Bintang.
[rus]