Pertamina Energy Forum (PEF) 2018 bertajuk “Unleashing Domestic Resources for Energy Security†telah resmi dibuka, Rabu (28/11).
Acara ini menjadi wadah para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk mendapatkan informasi terkini dan akurat mengenai upaya Pemerintah dan Pertamina dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.
PEF 2018 kali ini sekaligus menjadi bagian dari rangkaian acara dalam memperingati Hari Ulang Tahun ke-61 Pertamina pada Desember mendatang. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 1.000 orang baik dari pengambil kebijakan di bidang energi, perwakilan pejabat pemerintah dan pengamat serta ahli energi.
"Dengan tema tersebut, kami ingin mengajak seluruh pihak untuk menilik kembali kekayaan yang sudah tersedia di alam Indonesia, dan bertukar pikiran untuk mengoptimalkannya menjadi sumber energi, demi mencapai cita-cita ketahanan dan kemandirian energi nasional," kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati saat pembukaan PEF 2018 di Raffles Hotel, Jakarta, Rabu (28/11).
Melalui PEF 2018, papar Nicke, Pertamina juga ingin memperkaya khasanah keilmuan di bidang energi dari pelaku industri yang memiliki pengetahuan, keahlian dan teknologi dalam subjek tersebut.
Kegiatan ini sekaligus menjadi momentum membuka peluang kerjasama dengan para pelaku industri, pemerintah, serta berbagai pihak lainnya untuk dapat mengakselerasi kemampuan Pertamina. Selain itu, untuk memberikan kebijakan energi masa depan, pengembangan sumber energi dan sarana penunjangnya, serta peluang investasi dalam kerangka ketahanan energi nasional.
Indonesia diperkirakan akan semakin tumbuh dan tercatat populasinya naik sekitar 1,24 persen per tahun.
Perekonomian juga diprediksi tumbuh 5,2 sampai 5,3 persen pada tahun 2019 mendatang. Seiring dengan meningkatnya hal tersebut, Pertamina memperkirakan permintaan energi juga terus meningkat.
Permintaan energi dari sektor kelistrikan diproyeksikan meningkat 8,15 persen per tahun hingga 2030. Sementara pertumbuhan permintaan energi dari sektor transportasi diproyeksikan sekitar 3,43 persen per tahun.
Tak hanya itu, pemerintah Indonesia memiliki rencana yang sangat agresif dalam membangun infrastruktur dari tahun 2015 hingga 2019, mencakup pembangunan jalan baru sepanjang 2.600 kilometer (km), jalan tol sepanjang 1.000 km, 15 lapangan udara, 24 pelabuhan serta rel kereta api baru sepanjang 3.258 km.
"Seluruh pembangunan ini nantinya akan mendorong mobilisasi orang dan barang secara masif, yang pada akhirnya peningkatan kebutuhan energi di masa mendatang.," terangnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Pertamina telah memiliki rencana pengembangan bisnis ke depan dalam rangka mengoptimalkan kekayaan alam Indonesia.
"Misalnya terkait biofuel, saat ini kami tengah menjajaki studi pembangunan green refinery di Indonesia, yaitu kilang yang khusus mengolah vegetasi seperti sawit, tebu dan lainnya menjadi biofuel," bebernya.
Untuk mendukung program pemerintah menurunkan defisit transaksi berjalan, lanjut Nicke, Pertamina berencana memproduksi B20, pengurangan impor BBM dan gas elpiji.
"Kalau kita bisa kurangi impor 225 ribu barrel itu akan sangat membantu program pemerintah tersebut. Sementara untuk B20 kita akan mulai kembangkan proyek green energy di Dumai dan Plaju,†jelas Nicke lagi.
Dalam sambutannya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menekankan peran Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas terbesar di Indonesia diharapkan dapat membantu program pemerintah untuk mengembangkan bahan bakar bakar diesel 20 persen (B20).
"Pertamina sebagai batu penjuru, pemimpin dalam mengembangkan B20," katanya saat membuka PEF 2018.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Hari Sampurno mengharapkan forum ini bisa menjadi ajang tukar pikiran baik dari mitra maupun pelaku usaha.
"Terkait B20 Pertamina sudah siap dan ingin mempercepat itu dengan tetap mempertahankan kualitas,†imbuhnya.
[dob]