12 Januari 2016, menjadi hari yang menyesakkan bagi warga Bukit Duri yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung. Rumah, harta benda, dan tempat usaha mereka digusur paksa oleh petugas gabungan. Penggusuran memang sudah diberitahukan sebelumnya.
Kuasa hukum warga Bukit Duri dari LBH Jakarta menÂegaskan, tindakan penggusuran kampung dan rumah mereka tidak sah. Namun saat berhadaÂpan dengan petugas gabungan, seorang pengacara LBH Jakarta malah kena jotos. Kepalanya luka, kacamata pecah. Warga pun hanya bisa pasrah.
Pada 28 September 2016, masih ada warga Bukit Duri yang selamat dari penggusuran, sebelum akhirnya kena gusur juga. Warga hanya bisa pasrah lantaran upaya penolakannya tidak digubris.
Sehabis peggusuran, Pemprov DKI Jakarta melakukan normalÂisasi Sungai Ciliwung di lokasi gusuran tersebut. Sungai yang tadinya sudah menyempit diperÂlebar. Pinggirannya dibeton dan dibikin jalan raya.
Saat didatangi
Rakyat Merdeka kemarin, pinggiran Sungai Ciliwung di kawasan Bukit Duri sudah rapi. Pinggiran sungai yang dibeton tampak kokoh. Jalanan di pinggir sungai juga dibeton. Lebarnya cukup buat 2 mobil bak berpapasan.
Jalanan yang luas itu minimkendaraan yang melintas. Beberapa mobil parkir di pinggir jalan. Sementara anak-anak bisa bermain sepakbola dan layangan di jalan tersebut.
Tukang jajanan juga berÂseliweran. Lampu jalan pun melengkapi fasilitas umum itu. Sebagai pembatas ke area permukiman warga, pagar besi dipasang rapi.
Beberapa dinding pembatas jalan dan sungai sudah dipenuhi mural. Ada yang mirip lukisan dan karikatur, ada juga yang hanya tulisan seperti 'NKRI Harga Mati' dan 'Dilarang Buang Sampah Disini'. Tong dan plastik sampah pun dijejerÂkan di pinggir jalan, menunggu diangkut mobil sampah.
Bangunan milik warga yang tidak terkena penggusuran tetap eksis. Ukurannya kecil-kecil. Mayoritas sudah bangunan perÂmanen. Bangunan yang dulu kena gusur sudah jarang ada bekasnya. Sementara air Sungai Ciliwung masih saja tak enak dipandang. Airnya keruh dan membawa sampah, walau tidak banyak.
Seorang warga yang sedang nongkrong dekat tembok pemÂbatas kali, Budi menuturkan, dulu permukiman warga samÂpai ke tengah sungai. "Dulu nggak ada beton-beton kayak gini. Nggak ada jalanan kayak sekarang. Rumah warga sampai ke tengah sungai sana," katanya sambil menunjuk ke sungai.
Dia menyebutkan, semua itu berubah di jaman Ahok jadi guÂbernur. Bukit Duri jadi wilayah sasaran penggusuran Pemprov DKI. Warga korban pengguÂsuran juga tidak bisa melawan dan harus tersingkir. "Orangnya udah pada pindah ke rusun," ujarnya.
Seorang ibu-ibu yang tidak mau disebutkan namanya meÂnambahkan, dulu bantaran sunÂgai Bukit Duri sempit dan paÂdat. Setelah normalisasi sungai baru tertata rapi. Tapi akibatnya warga yang dulunya tinggal di bantaran sungai harus terusir. "Kepaksa pindah, tanahnya udah gak ada," sebutnya. ***