Kantor sekretariat Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur dirusak dan para aktivisnya mengalami intimidasi.
Aparat kepolisian Samarinda pun didesak segera mengusut penyerangan dan perusakan Jatam Kaltim.
Koordinator Jatam Kaltim, Pradarma Rupang mengemukakan, penyerangan dan intimidasi yang dialami Jatam Kaltim bukan terjadi kali ini saja. Penyerangan kali ini pun diduga sebagai upaya mencoba membungkam langkah perjuangan Jatam menyuarakan pengusutan tuntas 32 korban meninggal di lubang tambang di wilayah Kaltim.
"Negara mesti memberikan jaminan keselamatan terhadap para pejuang lingkungan. Kami juga tetap mendesak agar aparat penegak hukum mengusut tuntas kasus 32 korban lubang tambang di Kaltim," tutur Pradarma Rupang dalam keterangan persnya, Rabu (28/1).
Termasuk, memproses aparat penegak hukum yang terlibat berbagai pelanggaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan pertambangan batu bara di Kaltim.
"Ini sudah yang kesekian kalinya terjadi. Tetapi tidak pernah ada pengusutan tuntas," ujarnya.
Peristiwa penyerangan dan pengrusakan sekretariat Jatam Kaltim terjadi pada Rabu (5/11) empat pekan lalu. Penyerangan itu terjadi tak lama berselang di tengah ramainya pemberitaan kasus anak mati di lubang tambang.
"Kita belum tahu apa motif di balik penyerangan dan perusakan ini, namun Jatam Kaltim meyakini ini berkaitan dengan sejumlah laporan serta advokasi dan kampanye yang kita suarakan," ujarnya.
Bagi Jatam Kaltim, lanjutnya, penyerangan dan perusakan ini adalah ancaman terhadap gerakan pro-lingkungan dan pro-demokrasi yang lantang menyuarakan keberpihakan serta keselamatan masyarakat.
Jatam Kaltim secara resmi telah melaporkan kepada pihak berwajib dan menyertakan sejumlah bukti yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
"Perkiraan kami, target penyerangan dan pengrusakan adalah aktivis-aktivis Jatam," imbuhnya.
Penyerangan itu menyebabkan pintu, jendela dan sebuah motor mengalami kerusakan.
"Tadinya kami berpikir, situasi dan ancaman akan berakhir namun ternyata tidak masih terus berlanjut. Itulah sebabnya akhirnya kami melaporkan hal ini kepada pihak berwajib," ucap Rupang.
[wid]