Berita

Bisnis

Relaksasi DNI Diduga Pesanan Investor Tiongkok

SELASA, 27 NOVEMBER 2018 | 23:08 WIB | LAPORAN:

Relaksasi daftar negatif investasi (DNI) yang diatur dalam Paket Kebijakan Ekonomi XVI diduga merupakan pesanan pihak tertentu.

Tidak tanggung-tanggung, kebijakan itu diduga dibuat untuk kepentingan investor dari Tiongkok.

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng menjelaskan, dilihat dari skala usaha yang direlaksasi yakni hanya sektor UMKM, kecil kemungkinan kebijakan tersebut ditujukan untuk investor dari perusahaan-perusahaan multinasional Amerika Serikat maupun Eropa.


"Mereka (investor AS dan Eropa) kan masuk ke tambang, migas, yang besar-besar. Kalau kecil ngapain bisnis jauh-jauh kecil-kecil. Bisnis dari Amerika urus kecil-kecil ngapain, lama sekali ngumpulin duitnya," jelasnya dalam diskusi bertajuk 'Menyoal Kebijakan Relaksasi Daftar Negatif Investasi' di Seknas Prabowo-Sandi, Menteng, Jakarta, Selasa (27/11).

Menurut Salamuddin yang juga pengamat ekonomi, jika dilihat dari skala usahanya maka Paket Kebijakan Ekonomi XVI yang paling mungkin adalah pesanan investor Tiongkok.

"Jadi kalau saya lihat kalau dari luar bisa menjadi acuan pesanan ini adalah Tiongkok karena Tiongkok itu UMKM-nya besar sekali. Saya ambil contoh misalnya tembakau ya yang salah satu dibuka. Tembakau dulu di Tiongkok perusahaan-perusahaan kecil, sama seperti Indonesia," paparnya. [wah]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya