Berita

Foto/Net

Bisnis

Pengusaha Kena Getahnya

China Pangkas Impor, Harga Batu Bara Melorot
SENIN, 26 NOVEMBER 2018 | 09:22 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kebijakan China memang­kas impor batu bara membuat harga komoditas ini terus ter­jungkal. Pengusaha batu bara kena getahnya.

"Karena China membatasin impornya, dampaknya dan yang paling terpukul ya kita. Karena kita paling besar ekspornya ke China. India juga agak mem­batasi impor, tapi yang paling besar China," ujar Direktur eksekutif Asosiasi Pertamban­gan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia mengatakan, ekspor terbe­sar batu bara Indonesia adalah China. Meski begitu, pemain batu bara nasional tidak bisa memprediksi kebijakan yang diterbitkan China. Bahkan pem­batasan impor yang dilakukan­nya terbilang tiba-tiba. Sehingga permintaan turun, harga pun merosot.


Saat ini, perusahaan batu bara di Indonesia hanya bisa meman­tau perkembangan pasar. Misal­nya tersiar kabar bahwa China akan membuka kembali impor batu baranya. Tetapi ada juga yang bilang Negeri Tirai Bambu tengah berupaya meninggalkan energi fosil.

Di sisi lain, tambah dia, periode Desember-Januari merupakan masa-masa genting perusahaan. Sebab perusahaan tengah meng­godok rencana kerja. Strategi yang akan diterapkan pun belum bisa diputuskan dalam waktu dekat. Misalnya, mengurangi jumlah produksi namun potensi kehilangan pasar sangat tinggi. Atau terus berproduksi dengan catatan jual rugi.

"Kita nggak tahu karena kebi­jakan China tidak menentu, ini bagaimana membaca pasar. Ya pasrah saja dengan kebijakan China. Karena mereka yang paling besar dan suplai kita ke sana. Mau kemana lagi kalau mereka batasi, kita nggak bisa langsung geser pasar karena spek permintaan suatu negara beda-beda," terang Hendra.

Dia menegaskan, dagang batu bara tidak seperti produk lain. Dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun ke depan, Vietnam akan meningkatkan impor batu baranya. Namun nilainya tidak seberapa jika dibandingkan pasar China.

Sekadar informasi, sepanjang November 2018, harga batu bara jatuh sekitar 2,76 persen. Angka ini bahkan sudah menyentuh harga terendahnya sejak perten­gahan Mei 2018. Harga tersebut nampaknya sudah cukup rendah, dan mendorong pelaku pasar melakukan aksi beli, sehingga harga batu bara mengalami technical rebound.

Menukil Shanghai Securities News, seperti dilansir dari Reu­ters, pemerintah China mem­batasi impor batu bara sepan­jang 2018. Impor batu bara di tahun ini ditetapkan tidak boleh melebihi volume impor 2017. Tujuannya untuk menjaga harga batu bara domestik tetap tinggi hingga akhir tahun.

Dengan pembatasan hingga akhir tahun itu saja, volume impor batu bara China di No­vember-Desember 2018 diramal turun sekitar 25-35 juta ton dibandingkan tahun sebelum­nya. Jika diperpanjang hingga Februari 2019, permintaan im­por China akan terpangkas lebih besar, dan harga terus merosot.

Head of Corporate Commu­nication Division Adaro En­ergy Febriati Nadira mengakui, pihaknya tak bisa memprediksi fluktuasi harga batu bara. "Yang biasa kita lakukan adalah terus menjalankan efisiensi dan ke­unggulan operasional di seluruh rantai bisnis Adaro sehingga bisa menghasilkan kinerja opera­sional yang solid," cetusnya.

Sementara masih memantau pergerakan harga batubara, Adaro belum memutuskan lang­kah terkait produksi atau kin­erja tahun depan. Meski begitu, tahun ini perusahaan masih berpatokan pada target dan ren­cana yang ditetapkan. "Sampai saat ini masih sesuai dengan panduan, untuk tahun depan akan diumumkan di awal tahun 2019," tutur Febriati. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya