Kebijakan China memangÂkas impor batu bara membuat harga komoditas ini terus terÂjungkal. Pengusaha batu bara kena getahnya.
"Karena China membatasin impornya, dampaknya dan yang paling terpukul ya kita. Karena kita paling besar ekspornya ke China. India juga agak memÂbatasi impor, tapi yang paling besar China," ujar Direktur eksekutif Asosiasi PertambanÂgan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Dia mengatakan, ekspor terbeÂsar batu bara Indonesia adalah China. Meski begitu, pemain batu bara nasional tidak bisa memprediksi kebijakan yang diterbitkan China. Bahkan pemÂbatasan impor yang dilakukanÂnya terbilang tiba-tiba. Sehingga permintaan turun, harga pun merosot.
Saat ini, perusahaan batu bara di Indonesia hanya bisa memanÂtau perkembangan pasar. MisalÂnya tersiar kabar bahwa China akan membuka kembali impor batu baranya. Tetapi ada juga yang bilang Negeri Tirai Bambu tengah berupaya meninggalkan energi fosil.
Di sisi lain, tambah dia, periode Desember-Januari merupakan masa-masa genting perusahaan. Sebab perusahaan tengah mengÂgodok rencana kerja. Strategi yang akan diterapkan pun belum bisa diputuskan dalam waktu dekat. Misalnya, mengurangi jumlah produksi namun potensi kehilangan pasar sangat tinggi. Atau terus berproduksi dengan catatan jual rugi.
"Kita nggak tahu karena kebiÂjakan China tidak menentu, ini bagaimana membaca pasar. Ya pasrah saja dengan kebijakan China. Karena mereka yang paling besar dan suplai kita ke sana. Mau kemana lagi kalau mereka batasi, kita nggak bisa langsung geser pasar karena spek permintaan suatu negara beda-beda," terang Hendra.
Dia menegaskan, dagang batu bara tidak seperti produk lain. Dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun ke depan, Vietnam akan meningkatkan impor batu baranya. Namun nilainya tidak seberapa jika dibandingkan pasar China.
Sekadar informasi, sepanjang November 2018, harga batu bara jatuh sekitar 2,76 persen. Angka ini bahkan sudah menyentuh harga terendahnya sejak pertenÂgahan Mei 2018. Harga tersebut nampaknya sudah cukup rendah, dan mendorong pelaku pasar melakukan aksi beli, sehingga harga batu bara mengalami technical rebound.
Menukil Shanghai Securities News, seperti dilansir dari
ReuÂters, pemerintah China memÂbatasi impor batu bara sepanÂjang 2018. Impor batu bara di tahun ini ditetapkan tidak boleh melebihi volume impor 2017. Tujuannya untuk menjaga harga batu bara domestik tetap tinggi hingga akhir tahun.
Dengan pembatasan hingga akhir tahun itu saja, volume impor batu bara China di NoÂvember-Desember 2018 diramal turun sekitar 25-35 juta ton dibandingkan tahun sebelumÂnya. Jika diperpanjang hingga Februari 2019, permintaan imÂpor China akan terpangkas lebih besar, dan harga terus merosot.
Head of Corporate CommuÂnication Division Adaro EnÂergy Febriati Nadira mengakui, pihaknya tak bisa memprediksi fluktuasi harga batu bara. "Yang biasa kita lakukan adalah terus menjalankan efisiensi dan keÂunggulan operasional di seluruh rantai bisnis Adaro sehingga bisa menghasilkan kinerja operaÂsional yang solid," cetusnya.
Sementara masih memantau pergerakan harga batubara, Adaro belum memutuskan langÂkah terkait produksi atau kinÂerja tahun depan. Meski begitu, tahun ini perusahaan masih berpatokan pada target dan renÂcana yang ditetapkan. "Sampai saat ini masih sesuai dengan panduan, untuk tahun depan akan diumumkan di awal tahun 2019," tutur Febriati. ***