Berita

Dahnil Anzar Simanjuntak/Net

Politik

Upaya Menggembosi Dahnil Gagal Total

SENIN, 26 NOVEMBER 2018 | 09:23 WIB

BANYAK orang selama ini gerah dengan sikap dan gerakan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak. Karena Dahnil selalu kritis terhadap setiap kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat dan mengangkangi akal sehat dan hati nurani. Bahkan tak jarang Dahnil bersama Pemuda Muhammadiyah dan anggota Kokam turun ke jalan untuk menolak kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat.

Melihat berbagai gerakan yg dilakukan selama ini, sampai banyak orang yang menilai bahwa Pemuda Muhammadiyah sudah seperti organisasi kemahasiswaan atau bak LSM/NGO yang selama ini konsen terhadap isu-isu publik dan advokasi rakyat. Bahkan kerap isu yang diperjuangkan membuatnya berhadap-hadapanan langsung dengan aparat.

Misalnya pengungkapan kasus kematian Siyono di tangan Densus 88, pembelaan total terhadap penyidik senior Novel Baswedan, dan bersama sejumlah LSM mengajukan gugatan ke MK terkait kewenangan Kepolisian dalam menerbitkan SIM dan STNK. Dalam isu ini saja entah sudah berapa kali Dahnil harus berhadapan dengan aparat. Intimidasi dan teror, jangan tanyakan lagi.

Pemuda Muhammadiyah juga mungkin satu-satunya organisasi yang mempunyai jaringan dan struktur nasional yang tidak ikut menari dalam gendang Pemerintah soal perang terhadap kelompok anti Pancasila, anti kebhinnekaan, anti NKRI. Karena stigma tersebut hanya ditujukan kepada pihak-pihak yang selama ini kritis kepada pemerintah.

Karena itu Pemuda Muhammadiyah selalu diopinikan sebagai organisasi radikal, Islam garis keras. Apalagi Pemuda Muhammadiyah, melalui Pedri Kasman, adalah organisasi pertama yang melaporkan kasus Al Maidah 51 yang melibatkan Basuki T. Purnama. Bahkan Dahnil ikut turun langsung dalam aksi 411, yang menjadi awal gerakan aksi 212.

Saat tingginya tensi politik ketika itu, Presiden mengundang tokoh2 umat dan pimpinan ormas. Dalam pertemuan tersebut, Dahnil mempertanyakan kenapa presiden tidak mengundang tokoh-tokoh yang dianggap berseberangan seperti Habib Rizieq dan Ustad Bachtiar Nasir. Pemuda Muhammadiyah juga menolak narasi terorisme yang dibangun pemerintah/aparat.

Tapi yang menarik Pemuda Muhammadiyah juga dituding sudah disusupi kelompok kiri. Karena terlibat dalam mengadvokasi atau memfasilitasi petani Kendeng dan Karawang yang berjuang untuk mendapatkan hak mereka. Apalagi Dahnil turut menyayangkan adanya penyerangan sekelompok orang terhadap kantor YLBHI karena diduga adanya kegiatan berbau PKI. Bahkan Pemuda Muhammadiyah ikut dalam aksi solidaritas dan beres-beres kantor YLBHI yang mengalami kerusakan.

Dahnil bisa leluasa dalam menyampaikan dan bersikap sesuai hati nurani karena dia berhasil dalam menjaga independensi. Terutama dalam hal keuangan. Pemuda Muhammadiyah di bawah Dahnil tidak pernah meminta-minta proyek kepada pemerintahan. Dalam sebuah silaturahmi di Istana, Presiden Jokowi sampai bertanya-tanya. Semua kegiatan tersebut, dari mana dananya? Bahkan Presiden bertanya, apakah boleh dia ikut membantu kegiatan Pemuda Muhammadiyah?

Malah dalam kesempatan lain dalam pertemuan bersama tokoh-tokoh umat dan pimpinan ormas, Dahnil satu-satunya yang kritis terhadap ajakan Presiden. Saat itu, Presiden mengatakan akan memaksa para taipan membangun kemitraan. Nah dia bertanya, apakah para tokoh tersebut bersedia. Semuanya tidak mempersoalkan tawaran tersebut, bahkan ada yang bernada agar segera direalisasikan.

Namun Dahnil saat itu mengajukan syarat. Pemuda Muhammadiyah hanya berkenan bekerja sama dengan taipan yang perusahaannya  tidak merusak lingkungan dan kegiatan usahanya compatible dengan suasana kebatinan umat Islam.

"Oh...saya kira semuanya sudah setuju. Ternyata ada yang tidak setuju atau setuju dengan syarat. Apa tadi syaratnya Mas Dahnil?" kata Jokowi menimpali.

Begitulah Dahnil dalam menjaga dan merawat integritas dan komitmen. Dia tetap kokoh dan konsisten dengan berbekal Tauhid, Ilmu dan Amal.

 'Rayuan' Presiden saja dia tolak, apalagi beragam tawaran dari para anak buah Presiden yang selalu datang, juga ditolak kalau tidak sejalan dengan visi Pemuda Muhammadiyah dan bermaksud melemahkan gerakan.

Merawat moral dan integritas ini merupakan tekad besar Dahnil yang menjadi bagian utama visi-misinya "Nalar Baru Gerakan Pemuda Muhammadiyah" yang disampaikan saat Muktamar empat tahun lalu di Padang. Tekad tersebut langsung diikuti ikrar/deklarasi anti korupsi saat pelantikan kepengurusannya.

Saat ini, empat tahun kemudian, ketika masa jabatannya akan habis, Dahnil dikerjai. Sulit untuk tidak mengatakan bahwa apa yang dialaminya  belakangan ini adalah upaya kriminalisasi. Kesalahannya terkesan kuat dicari2. Apalagi dengan kasus yang selama ini dia diperangi. Sungguh fitnah yang sangat keji. Upaya demoralisasi yang sempurna.

Ditambah lagi saat ini tahun politik. Di mana Dahnil sudah berijtihad mengambil posisi berseberangan dengan petahana. Aroma politisasinya pun semakin kental. Tujuannya, bisa ke Dahnil sendiri atau ke orang yang dia dukung di Muktamar Pemuda Muhammadiyah agar kalah, atau jangka panjang menggerus suara pemilih Prabowo.

Tapi rakyat sudah paham, cerdas. Mereka tak begitu saja percaya dengan aparat. Malah semakin mendukung. Sebab sudah banyak contoh berapa sudah orang-orang yang kritis dijerat atau dikerjai aparat. Sementara para pendukung rezim bebas leluasa. Karena itu yang mem-bully Dahnil juga orang-orang yang selama ini tak suka dengan dia, terutama yang berlainan arah politik di 2019.

Begitu juga kader Pemuda Muhammadiyah. Mereka tahu bagaimana bahkan bersama Dahnil dalam perjuangan selama ini. Dahnil sudah terbukti mengangkat marwah organisasi. Saat ini kader di berbagai daerah bangga menjadi bagian dari Pemuda Muhammadiyah. Mereka mendukung Dahnil melawan upaya kriminalisasi ini. Dan mereka berharap banyak agar berbagai terobosan yang telah dilakukan selama ini dilanjutkan oleh penerus Dahnil. [***]

Zulhidayat Siregar
Kader Pemuda Muhammadiyah

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya