Berita

Hasto Kristiyanto/Net

Wawancara

WAWANCARA

Hasto Kristiyanto: Mana Ada Yang Berani Mengancam Pak Prabowo, Cek Internal Dululah

SABTU, 24 NOVEMBER 2018 | 07:49 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto buru-buru membantah tudingan yang dilon­tarkan Prabowo Subianto terkait adanya intervensi terhadap elite politik yang mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Berikut pernyataan Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi- Ma'ruf Amin ini terkait isu-isu yang berkembang saat ini.

Prabowo sebut ada elite politik yang diancam lantaran mendukung Prabowo. Apa benar tudingan itu?
Mana ada yang berani men­gancam Pak Prabowo. Memang pernah ada upaya intervensi kekuasaan? Ada penanggung­jawabnya gak? Seperti itu kan harus dicek.


Jadi, sebelum menyalahkan, lebih baik cek internal dulu, dari pada Pak Prabowo sudah terlan­jur menyalahkan Pak Jokowi, ternyata ada kebohongan Ratna Sarumpaet. Kalau gitu kan malu, harus meminta maaf kepada rakyat.

Tentang narasi Orde Baru yang dilontarkan mantan is­tri Prabowo, Titik Soeharto, yang belakangan ditimpali cawapres Sandiaga Uno sebagai bagian dari gambaran kerinduan masyarakat terhadap prestasi swasembada pangan. Bagaimana menurut Anda?
Memang Orba membawa kemanfaatan bagi elite, kroni, keluarga Pak Harto. Lihat saja hartanya. Sehingga wajar kalau kroni Pak Harto mengkampa­nyekan agar itu kembali, karena mereka menikmati privilege yang luar biasa. Tommy dengan mobil Timor, Humpuss-nya, semua dinikmati. Seluruh ke­kayaan negeri ini lari ke kroni Soeharto. Mereka harus ber­tanggung jawab atas berbagai persoalan yang muncul saat ini, ketidakadilan yang muncul akibat salah urus selama pemer­intahan Soeharto.

Tapi Prabowo mengatakan, kelak jika dia menang bukan hanya anak-anak Soeharto yang ditampungnya, tapi juga yang menentang Soeharto seperti Amien Rais juga akan ditam­pungnya. Bagaimana itu?
Ya kalau Pak Amien Rais sendiri kan beliau menentang Pak Harto, menentang nepotisme, tetapi kita lihat anak-anaknya paling banyak di antara tokoh nasional yang menjadi caleg di PAN.

Jadi menurut Anda harusnya Amien Rais malulah seperti itu?
Ya rakyat yang menentukan, ketika dulu Pak Amien Rais memperjuangkan anti nepotisme kemudian anak-anaknya menjadi caleg empat orang di PAN itu rakyat yang akan menentukan, bukan kami. Kami tidak campur tangan urusan rumah tangga orang lain. Kalau di PDIP satu keluarga ada batasan dua. Bahkan suami istri enggak boleh dalam satu dapil yang sama. Partai bukan tempat mencari makan keluarga.

Ke depan narasi ketokohan akan makin nyaring dilontar­kan. Partai Anda sendiri kan kerap menjual figur Bung Karno. Bagaimana itu?
Bung Karno hidup di hatinya rakyat, kalau tidak percaya da­tang ke Blitar, ke makam Bung Karno, ribuan rakyat kecil se­tiap hari datang menghormati makam Bung Karno, demikian pula Gus Dur. Jadi tanggung jawab politik seorang pemimpin tidak hanya ditentukan ketika masa hidup, ketika pemimpin itu sudah wafat juga. Apakah masih menjadi inspirasi atau tidak. Kan ide, gagasan dan cita-cita Bung Karno tidak pernah mati karena memang diperjuangkan bagi bangsa dan negara sendiri. Sementara Pak Harto kita lihat praktik kolusi nepotisme ya luar biasa terjadi.

Anda melihat apakah nara­si-narasi seperti itu akan efek­tif atau tidak untuk menarik massa?
Jadi memang nepotisme itu nikmat. Itu yang kami tentang. Kami memberikan batasan kar­ena mereka-mereka yang me­rindukan Pak Harto hadir itu merindukan KKN, merindukan kolusi, merindukan korupsi dan nepotisme dan itu terjadi sampai sekarang.

Jadi kalau diadu narasi?
Rakyat yang menentukan.

Oh ya terkait dana kampanye Jokowi-Ma'ruf ada ke­sulitan?
Kami semua gotong-royong dengan baik, kami mau iklan sosialisasi rekening, tapi enggak diijinkan Bawaslu. Sehingga KPU Bawaslu harus meninjau kembali seluruh peraturan yang berkaitan dengan upaya untuk sosialisasi rekening dana kampa­nye yang memasukkan gambar paslon. Karena ini memang RKDK (Rekening khusus dana kampanye) yang dibentuk oleh paslon. ***

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

PDIP Minta Seluruh Kader Banteng Tenang

Kamis, 20 Februari 2025 | 23:23

Megawati Instruksikan Kepala Daerah dari PDIP Tunda Retret ke Magelang

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:43

Wujudkan Pertanian Berkelanjutan dan Ketahanan Pangan, Pemerintah Luncurkan FAST Programme

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:27

Trump Gak Ada Obat, IHSG Terseret Merah

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:26

Uchok: Erick Thohir Akali Prabowo soal Danantara

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:24

Hasto Ditahan, Megawati Tidak Menunjuk Plt Sekjen PDIP

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:21

Resmi Pimpin Banten, Andra Soni-Dimyati Diingatkan Jangan Korupsi

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:18

KPK Tahan Hasto, PDIP: Operasi Politik Mengawut-awut Partai

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:17

Hasto Ditahan, PDIP: KPK Dikendalikan dari Luar Melalui AKBP Rossa

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:16

Adityawarman Adil Apresiasi BSF CGM 2025: Gambaran Kekayaan Budaya Kota Bogor

Kamis, 20 Februari 2025 | 21:56

Selengkapnya