Berita

Zeng Wei Jian/Net

Politik

War On Globalist

SENIN, 12 NOVEMBER 2018 | 14:56 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

"WE reject the ideology of globalism and we embrace the doctrine of patriotism," kata Presiden AS, Donald Trump di UN General Assembly pada 25 September 2018.

The wind of change menggulung Amerika. Rezim mantan Presiden AS, Barack Obama yang di-backing Globalist Trans National Corporations diganti Rezim Patriotic Trump.

"Globalist" merupakan istilah generic yang digunakan by far-right agitators to refer to Jews protocol dan para pengikutnya.


Rezim Jokowi adalah anak kandung globalist agenda. Musuh Trump antara lain Emmanuel Macron (Perancis), Syiah Iran, Bretton Woods institutions, Opec, IMF, WTO, Wall Street, bankers, Goldman Sach, George Soros dan sebagainya.

Kubu Trump antara lain Rezim Vladimir Putin, Arab Saudi dan British Monarch yang menentang brexit.

Saya duga, karena karakteristik globalnya, Vatican berada di barisan Internasionalist. Tidak heran bila CSIS dengan kuda-kuda tunggangannya Pro Jokowi.

Relasi Amerika dan China bersifat ambigu. China sebagai negara patriotic sering memberi ruang kepada Globalist macam Jack Ma.

Henry Kissinger menyebut relasi Amerika-China sebagai "the key problem of our time".

Di sisi lain, China menampilkan sinyalemen ikut "War on Globalist" dengan mendorong North Korea berunding dengan Trump.

Peningkatan ambisi hegemonic globalist tampak di akhir abad 20.

Their "ruling elite" memperkuat kolaborasi dengan pemimpin negara komprador dan expansinya di world market.

Makanya, subsidi dicabut demi memperkaya diri mereka. Semua orang ditipu dengan pencitraan dan slogan humanitarian bullshit.

Tujuannya; Mendobrak pintu pertahanan negara sehingga "the ruling elite" bisa bebas bergerak dan mengekstraksi natural resources.

Konsolidasi Globalist di Pertemuan IMF Bali dan masuknya Jack Ma ke Istana Negara mengukuhkan dukungan terhadap Rezim Jokowi. Serangan Kader Hanura Inas Nasrullah Zubir terhadap pertemuan Duta Besar RRT dan Pa Prabowo merupakan sebuah pernyataan hostility terhadap musuh-musuh kaum globalist.

Rakyat Indonesia harus memahami doktrin "Victory will depend upon innovative combinations of weapons, tactics, and arenas of engagement". Bila hendak menang Pilpres 2019.

Karena bersifat nasionalistik, para patriot sangat mudah diserang sebagai rasis.

Bukan Trump, Raja Saudi, Putin dan Xi Jin Ping yang harus diperangi. Tapi globalist IMF, Soros, Jack Ma yang hendak merangkul overseas Chinese tycoon dan kelompok komunis internasion orthodoxy.

Rakyat Indonesia, kaum akademisinya, perlu disadarkan. Jangan terlena dengan pencitraan Jokowi.

Jangan ulangi pengalaman fasisme di eropa. No Zionist element, right or left, mengerti fenomena Fascist.

Awalnya, baik itu progressive Jews, bourgeois Zionist leaders macam Weizmann, Sokolow dan Goldmann, serta Italian's Zionist nyantai dengan perjuangan rakyat melawan Blackshirt.

Sama seperti Kyai Maruf, Yusuf Mansur, TGB, Cak Imin, Kapitra Ampera, Mahfud dan Yusril Izha Mahendra. Nantinya, mereka akan gigit jari. Taipan bangkrut disapu angin perubahan patriotic.

You & me; bukan penentu. The end result dari perang antara Global players dan modern emperrors menentukan siapa Presiden RI mendatang.

You & me; sebagai supporting system hanya mampu membuat kegaduhan memuluskan jalan bagi Presiden Patriotic pengganti Jokowi.

Presiden SBY sebagai "guarantor" (penjamin) atas Pak Prabowo di arena internasional adalah syarat terakhir kunci kemenangan. [***]

Penulis adalah kolumnis dan aktvis Komunitas Tionghoa Anti-Korupsi (Komtak)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Komisi V DPR: Jika Pemerintah Kewalahan, Bencana Sumatera harus Dinaikkan jadi Bencana Nasional

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:14

Woman Empower Award 2025 Dorong Perempuan Mandiri dan UMKM Berkembang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:07

Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi di Akhir Pekan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:58

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:44

DPR: Jika Terbukti Ada Penerbangan Gelap, Bandara IMIP Harus Ditutup!

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:24

Banjir Aceh, Untungnya Masih Ada Harapan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:14

Dana Asing Masuk RI Rp14,08 Triliun di Awal Desember 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:08

Mulai Turun, Intip Harga Emas Antam Hari Ini

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:03

Netflix Beli Studio dan Layanan Streaming Warner Bros 72 Miliar Dolar AS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:43

Paramount Umumkan Tanggal Rilis Film Live-Action Kura-kura Ninja Terbaru

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:35

Selengkapnya