Sikap Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tidak mengedepankan politik identitas dianggap tidak punya komitmen dalam memperjuangkan agama yang dianut.
Pernyataan itu dilayangkan praktisi hukum yang juga caleg Partai Amanat Nasional (PAN) Eggi Sudjana.
Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan bersikap santai dan tidak terpancing atas cibiran Eggi.
"Saya pastikan bukan. Eggi Sudjana salah bacanya, bukan banci. Itu soal pilihan sikap untuk menjaga negeri ini. Pak SBY tetap setia dalam pikirannya," jelas Hinca di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (11/11).
Dia mengatakan, sejak 2014, Demokrat selalu memainkan peran sebagai partai penyeimbang di antara dua bandul. Sikap politik itu layaknya seperti Indonesia di era kepemimpinan Bung Karno ketika dunia dilanda perang dingin.
"Ada yang namanya kurva normal dalam politik. Dulu ketika ada perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet ini ada dua blok timur dan barat, maka ada yang disebut non blok," beber Hinca.
Oleh karena itu, pada 2014 Demokrat memposisikan diri untuk bersikap netral. Tapi pada 2019 nanti, partai bintang mercy masuk dalam barisan pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang juga dengan alasan untuk mengimbangi blok petahana Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Selain juga karena petahana dianggap tidak sesuai dengan visi misi Demokrat.
"Yang baik kami bilang baik, yang buruk kami bilang buruk. Itulah sejatinya. Kalau sudah tahu buruk masak kau berpihak," tandas Hinca.
Sebelumnya, Eggi Sudjana mengomentari pernyataan SBY yang mengingatkan seluruh kader Demokrat untuk menjauhi politik berbau SARA karena hal itu sudah berlalu di Pilkada DKI 2017.
Eggi mengaku tidak setuju dengan pernyataan SBY. Menurutnya, seorang muslim tetap harus membawa identitas muslimnya dalam perjuangan politik.
"Saya tidak sependapat dengan SBY. Kalau ikuti pendapat SBY jadi banci, tidak jelas ya. Karena netral itu setan bisu dalam perspektif tauhid," papar Eggi di D'Hotel, Jakarta.
[wah]