Berita

Bisnis

Tingkatkan Ekspor Ikan, Pemerintah Diharapkan Sinergikan Dunia Usaha

RABU, 31 OKTOBER 2018 | 14:20 WIB | LAPORAN:

Langkah pemerintah menempatkan sektor kemaritiman sebagai salah satu program utama dan fokus pembangunan selain infrastruktur adalah sangat tepat.

Hal ini karena Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki garis pantai yang panjang dan lautan yang luas disertai dengan ketersediaan ikan dan hasil laut yang melimpah.

Ikan dan hasil laut tersebut saat ini dapat dijadikan andalan ekspor yang dapat menghasilkan devisi yang banyak untuk menutup defisit neraca perdagangan. Agar ikan dan hasil laut Indonesia memiliki daya saing ekspor yang tinggi sekaligus dapat meningkatkan ketahanan ekonomi nasional, pemerintah harus dapat mensinergikan semua dunia usaha dan masyarakat nelayan yang selama ini menggeluti bisnis di bidang perikanan dan kelautan.

Hal tersebut mengemuka dalam Seminar Nasional Pembangunan Kemaritiman yang diselenggarakan program Magister Ilmu Adminstrasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Rabu (31/10).

Seminar dengan tema "Pembangunan Maritim: Pilar Baru Kedaulatan Ekonomi Nasional" itu menampilkan pembicara Dosen Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI)  Dr.Ir Chairil Abdini, Msc, serta Ketua Tim Hibah Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT)  Kemenristek Dikti Dr Rusman Ghazali, M.Si.

Seminar dipandu Dosen Jurusan Hubungan Internasional Universitas Nasional Drs Hilmi Rahman Ibrahim.M.Si.

"Pembangunan di sektor kemaritiman harusnya diikuti dengan meningkatkan daya saing di sektor perikanan sehingga masyarakat akan lebih sejahtera, dan devisa negara bisa diraih lebih banyak melalui ekspor. Karena itu pemerintah khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan serta pemerintah daerah harusnya dapat meningkatkan sinergi dengan seluruh stakeholder pelaku bisnis ikan dan hasil laut, termasuk dengan para nelayan kecil. Sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam meningkatkan daya saing ekpsor di bidang perikanan dan hasil laut. Hasil ekspornya juga dapat dinikmati oleh mereka semua termasuk nelayan-nelayan kecil," tutur Rusman Ghazali.

Menurut Rusman, sejumlah negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Jepang, yang dulu menjadikan produk perikanan sebagai keunggulan dalam meraih devisa melalui pariwisata, sekarang justru mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku karena minimnya pasokan.

Kekosongan bahan baku ekspor ikan di negara-negara tetangga itu, dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah kita dengan meningkatkan ekspor ikan dan hasil laut kita. Apalagi di beberapa daerah di luar negeri, ikan dan hasil laut menjadi salah satu kebutuhan utama masyarakatnya. Sehingga kebutuhan akan ketersediaan ikan dan hasil laut lainnya menjadi sangat tinggi.

"Inilah pasar ekspor yang harus digarap dengan serius karena kita punya pasokan yang tidak terbatas. Laut kita luas, agar kita bisa memenuhi dan mengisi pasar eksport ikan dan hasil laut tersebut secara baik, maka pemerintah tidak bisa berjalan sendiri atau hanya menunjuk satu pihak saja. Tapi harus melibatkan semua stakeholder industri perikanan dan kelautan. Termasuk memperhatikan kemampuan para nelayan kecil. Inilah saatnya sektor perikanan menjadi leading sektor sekaligus dapat terus meningkatkan ekspornya," tegas Rusman.

Pengurus Koperasi Mina Rizki Abadi, Supardi Adi mengatakan industri perikanan harus menjadi skala prioritas ekspor karena bahan bakunya lokal dan tidak diimpor, sementara potensi ikannya luar biasa besar di tanah air.

Dosen Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI) Chairil Abdini mengingatkan, peningkatan dan peningkatan daya saing sektor pembangunan maritim harus dibarengi dengan pengelolaan sumber daya secara berkesinambunga dan berkelanjutan.

"Pengembangan teknologi dan peningkatan inovasi merupakan syarat untuk mewujudkan pembangunan maritim Indonesia lebih unggul," tegas Chairil.

Dia mengatakan penyediaan dan percepatan pembangunan sektor kemaritiman antara lain dapat dilakukan melalui peningkatan sistem logistik nasional serta pengembangan sistem transportasi poros maritim yang terpadu.

Para pembicara dan peserta yang hadir dalam seminar tersebut juga membahas mengenai data Badan Pusat Statistik (BPS), dimana neraca perdagangan Indonesia pada Januari-September 2018 sudah mengalami defisit 3,78 miliar dolar AS. [rry]

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya