Pencarian bangkai badan pesawat Lion Air JT-610 memasuki hari kedua (Selasa, 30/10).
Badan SAR Nasional mengerahkan 150 orang personel dibantu TNI dan Polri dalam pencarian ini.
"Kami sejak awal maksimal, 150 orang itu tidak sedikit untuk ukuran Basarnas," kata Kepala Basarnas, Muhammad Syaugi kepada wartawan di JITC Tanjung Priok, Jakarta Utara, pagi ini.
Sejak kemarin telah dilakukan penyelaman ke dasar laut hingga kedalaman 35 meter. Pagi ini, kata Syaugi, mulai digunakan peralatan canggih untuk mencari badan pesawat. Peralatan canggih ini seperti alat yang digunakan saat pencarian bangkai KM Sinar Bangun di Danau Toba, beberapa waktu lalu.
"Alat
multibeam echosounder seperti saya katakan tadi digunakan untuk men-
scanning dan mendeteksi benda-benda di bawah laut, seperti kita laksanakan di Danau Toba, dengan harapan bisa menyapu lebih banyak. Jika terdeteksi benda besar di sekitar itu baru dilakukan penyelaman," terang Syaugi.
"Serpihan saja 5,03 mil, sekarang pasti sudah lebih luas lagi," imbuhnya.
Syaugi juga menyebutkan, sampai tadi malam terkumpul 24 kantong jenazah berisi sisa-sisa jatuhnya Lion Air JT-610. 10 kantong di antaranya berisi bagian tubuh manusia. Seluruh kantong jenazah itu telah diserahkan ke tim Polri untuk dilakukan identifikasi.
"Lainnya kebanyakan serpihan, dompet, kartu, pakain itu kita serahkan ke polisi," bebernya.
Basarnas juga mendirikan posko terpadu di JITC Tanjung Priok untuk pihak keluarga korban yang ingin memantau langsung proses pencarian, selain crisis center di Cengkareng.
"Di sini pun boleh keluarga korban mau bertanya, kita terbuka," ujar Syaugi.
Untuk kotak hitam pesawat hingga kini belum ditemukan.
"KNKT yang mengurusi itu (kotak hitam), bodi besar belum ditemukan," imbuhnya.
[wid]