Berita

Nila Moeloek/Net

Wawancara

WAWANCARA

Nila Moeloek: Presiden Sudah Betul, Masalah BPJS Bisa Diselesaikan Di Tingkat Koordinasi Menteri

SABTU, 20 OKTOBER 2018 | 08:23 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Presiden Jokowi secara ter­buka mengkritik Kementerian Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) terkait defisit keuangan BPJS. Menurut Presiden, seharusnya persoalan itu bisa selesai di tingkat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan BPJS.

"Ini masa (ada yang bilang) Pak, masih kurang. Kebutuhan (untuk menutupi defisit) bu­kan Rp 4,9 triliun. Lha, kok, enak banget ini. Kalau kurang minta, kalau kurang minta. Ini kebangetan sebetulnya. Kalau tahun depan masih diulang, kebangetan," kata Presiden Jokowi.

Berikut tanggapan Menteri Kesehatan, Nila Moeloek:


Bagaimana Anda menang­gapi kritik yang disampaikan Presiden Jokowi terkait pe­nyelesaian defisit anggaran BPJS?
Hubungannya dengan BPJS saya kira mesti dibenahi secara substansi atau berkelanjutan. Artinya setiap manusia di mana saja harus mempunyai jaminan kesehatan. Tahun depan sudah ada 250 juta orang yang punya jaminan kesehatan baik orang kaya maupun miskin. Nah, bagi yang tidak mampu, maka preminya dibayar pemerintah, karena mereka juga berhak masuk rumah sakit. Hal ini bisa kami bantu screening yang dilakukan.

Presiden Jokowi menga­takan seharusnya persoalan BPJS Kesehatan bisa disele­saikan di tingkatan menteri. Bagaimana itu?

Betul, itu dengan koordinasi dari Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Lantas imbauan Anda ke­pada masyarakat untuk men­gurangi defisit ini apa?
Kami perlu menggingatkan masyarakat agar mengubah perilaku supaya sadar, sakit itu tidak enak. Bukan hanya biaya, tapi juga tidak produktif. Karena itu kita harus menjaga BPJS agar mereka jangan membayar yang sakit itu terlalu banyak. Sebab prinsipnya memang itu. Misalnya kami periksa tensi darah supaya tidak tinggi dan kami jaga supaya tidak sakit jantung.

Soal lain. Saat ini Anda gencar mempromosikan is­tilah pasar sehat. Apa sub­stansinya?
Jadi saya kira pasar sehat memang penting. Pertama ten­tu dari sisi ruang. Sisi ruang itu artinya udara yang bersih sehingga bisa berjalan baik. Jadi kunjungan kami ke Pasar Kramat Jati melihat sisi ruang tempat pembuangan akhirnya (jamban) atau toiletnya bagus sekali dan bersih. Saya tetap mengingatkan dan meminta untuk dijaga kebersihannya. Artinya memang orang itu harus tanggung jawab untuk menge­luarkan uang Rp 1.000-Rp 2.000 demi kebersihan. Pun kebersi­han toilet itu merupakan tang­gung jawab bersama. Kemudian kami juga akan meningkatkan tempat laktasi.

Kenapa demikian?
Karena pedagang-pedagang ini banyak yang ibu-ibu me­nyusui. Sehingga mereka bisa melakukan laktasi dan meny­impannya di dalam kulkas untuk dibawa ke rumah. Satu lagi dari pemeriksaan kesehatan jadi tekanan darah gula darah. Dua faktor itu dulu yang kami laku­kan untuk mereka akhirnya sadar bahwa kesehatan itu penting. Yang saya jelaskan ini persoalan dari tata ruang.

Selain itu?
Setelah itu dari isinya. Kami melihat isinya campur. Maksudnya kami melihat ada yang organik seperti jual sayur-mayur dan sebagainya. Ada bahan pangan dan ada bahan pakaian atau bahan yang non-organik. Tentunya yang organik seperti sayuran ataupun makanan kami maunya yang bersih ya. Artinya tidak ada lalat yang wara-wiri dan sebagainya. Tikus juga, apalagi kalau ada ikan mengingat tikus senang sekali di air yang mengalir. Saya sempat melihat sisa sayuran dijadikan kompos, dan ini bagus sekali. Sampah pun ditata dengan bersih.

Baik isi maupun sarana ini untuk masyarakat untuk kota se­mua. Jadi kita juga membelinya bahan-bahan yang bagus dan sehat.

Kramat Jati termasuk kat­egori pasar sehat?
Iya, saya lihat cukup baik dalam hal ini mudah-mudahan lebih ditingkatkan lagi.

Soal imunisasi bagaimana itu?
Sampai kemarin cakupan angka secara nasional menca­pai 62,71 persen meningkat. Ya dilanjutkan sampai akhir Oktober. Nanti kami lihat lagi tetap dilakukan dengan bulan imunisasi anak sekolah.

Negara tetangga Papua Nugini saat ini tengah darurat polio. Langkah konkret apa yang dilakukan Kemenkes untuk mencegah agar virus tersebut tidak menyebar ke Papua?
Kami tetap berhati-hati dan menjaga Papua dengan mem­berikan polio di imunisasi dasar, lengkap untuk mencegah penye­baran di warga Papua. Selain itu juga diberbarengi dengan pemberian vaksin campak dan rubella. Saat ini, pemberian vaksin polio kami utamakan pada wilayah perbatasan Papua dan Papua Nugini. Kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk masalah ini. Jadi kami upayakan agar segera teratasi. ***

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya