Berita

Foto/Net

Bisnis

Duh, Rupiah Nyungsep Lagi

Harga Premium Batal Naik
JUMAT, 12 OKTOBER 2018 | 10:42 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pembatalan kenaikan harga premium berdampak pada ru­piah. Kemarin, rupiah kembali nyungsep di angka Rp 15.267 per dolar AS. Rupiah juga jadi mata uang terlemah di Asia.

Padahal, pasca pemerintah mengumumkan kenaikan harga pertamax cs dan premium pada Rabu (10/10) rupiah menguat menjadi Rp 15.200. Namun, rupiah kembali melemah pasca pemerintah membatalkan kenai­kan harga premium.

Selain rupiah, efek pembata­lan kenaikan BBM juga ber­dampak pada Indeks Harga Sa­ham Gabung (IHSG). Sepanjang hari kemarin IHSG bergerak negatif. Bahkan, IHSG ditutup turun 117,846 poin atau 2,02 persen ke level 5.702,822.


Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, akan melakukan rapat koordinasi untuk membahas kenaikan harga premium. Namun, dia belum bi­sa memastikan waktunya. "Saya tidak perlu mengatakan kapan. Tapi, dalam waktu dekat," kata Darmin di Bali, kemarin.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati me­nyebut ada tahapan yang harus ditempuh jika mau menaikkan harga premium. Hal itu dikare­nakan premium merupakan jenis BBM khusus penugasan yang berbeda dengan jenis BBM lain, baik BBM subsidi maupun non subsidi. "Keputusannya kan ada di regulator, pemerintah. Kami mengikuti saja," ujar Nicke.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, bila pemerintah benar menaikkan harga BBM Premium meski ke­naikannya kecil bisa berdampak positif pada pasar. "Saya pikir ada peluang penguatan rupiah dengan ini, walaupun hanya Rp 500 per liter. Ini menunjukkan kalau pemerintah itu concern soal defisit transaksi berjalan. Ini sentimen positif buat pasar modal. Terutama pasar valas kita," katanya.

Kenaikan BBM ini juga menunjukkan bahwa pemerintah mengambil keputusan berdasar­kan realitas yang ada. Apalagi, harga minyak mentah terus men­ingkat. Sementara, Indonesia su­dah menjadi pengimpor minyak karena kebutuhannya sebesar 1,3 juta hingga 1,4 juta barel per hari, sedangkan produksinya hanya sekitar 700 ribu barel per hari.

Kenaikan harga premium akan berdampak pada penurunan de­fisit transaksi berjalan. Dirinya memperkitakan, defisit hingga akhir tahun akan berkisar 2,7 persen dari total produk domes­tik bruto (PDB). ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya