Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Publik Mengidamkan 2019 Lahir Presiden Yang Kuat

KAMIS, 04 OKTOBER 2018 | 18:55 WIB | LAPORAN:

Rakyat Indonesia menginginkan Pilpres 2019 melahirkan presiden yang kuat.

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mencatat, mayoritas publik atau sebanyak 85,6 persen ingin agar Pilpres 2019 berakhir dengan terpilihnya presiden yang kuat. Sebanyak 6,7 persen menyatakan tidak ingin, kemudian biasa saja 4,2 persen dan tidak tahu atau tidak jawab 3,5 persen.

Peneliti LSI Rully Akbar menjelaskan, sebanyak 42,4 persen publik menyatakan bahwa presiden yang kuat agar Indonesia stabil untuk menumbuhkan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.


Sebanyak 20,4 persen menyatakan agar tidak diperalat oleh sekelompok kepentingan, sebanyak 15,3 persen menyatakan agar tidak terlalu banyak negosiasi yang tak perlu dalam mengambil keputusan. Sedangkan sebanyak 13,5 persen menyatakan agar presiden kokoh melindungi keberagaman Indonesia.

"Ada jawaban lainnya 3,2 persen dan 5,2 persen menyatakan tidak tahu, tidak jawab," katanya dalam jumpa pers di Kantor LSI, Jalan Pemuda, Jakarta, Kamis (4/10).

Dia menambahkan, angka kemenangan yang realistis di Pilpres 2019 agar lebih mudah melahirkan presiden yang kuat sebanyak 58,5 persen menyatakan didukung oleh 55 hingga 65 persen masyarakat. Sebanyak 9,6 persen menyatakan didukung oleh 50 hingga 54 persen masyarakat. Sebanyak 8,7 persen menyatakan didukung oleh 65 hingga 80 persen masyarakat, dan sebanyak 23,2 persen menyatakan tidak tahu atau tidak jawab.

"Pasangan capres-cawapres perlu didukung oleh 55-65 persen masyarakat agar lebih mudah melahirkan presiden yang kuat," ujar Rully.

LSI juga mencatat pasangan capres yang paling berpotensi menang telak. Di mana, sebanyak 58,6 persen menyatakan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin akan menang telak dengan selisih di atas 10 persen, dan sebanyak 25,7 persen menyatakan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang akan menang telak.

Survei terbaru LSI sendiri digelar pada 14-22 September 2018 dengan metode pengumpulan data menggunakan multistage random sampling terhadap 1.200 responden yang memiliki hak pilih di 34 provinsi. Wawancara dilakukan secara tatap muka menggunakan kuesioner dengan tingkat kesalahan plus minus 2,9 persen pada tingkat kepercayaan mencapai 90 persen. [ian]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya