Berita

Sri Puguh Budi Utami/Net

Wawancara

WAWANCARA

Sri Puguh Budi Utami: Napi Teroris Sudah Dipindah ke Nusakambangan, Mereka yang Kabur Karena Ketakutan Gempa

RABU, 03 OKTOBER 2018 | 08:19 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pascagempa 7,4 magnitudo yang disusul dnegan tsunami menghantam Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9), bangunan dan fasilitas publik di Palu, Donggala, hingga Poso rusak parah. Kerusakan itu pun dialami lembaga pemasyarakatan atau lapas. Bahkan sebagian besar warga binaan atau narapidana penghuni lapas kabur setelah tembok penjara roboh akibat gempa.

Sri Puguh Budi Utami me­nyampaikan, kaburnya para tah­anan dan napi di lapas semata-mata demi menyelamatkan diri dari bencana. Kondisi ini terjadi karena bangunan lapas dan rutan di wilayah tersebut secara nyata rusak serta mengancam kes­elamatan mereka. Berikut pen­jelasan Dirjen Pemasyarakatan selengkapnya:

Total ada berapa napi yang masih berada di luar lapas atau rutan hingga sat ini?
Lapas Palu kapasitas 210 tapi isinya 581 sebelum kejadian, terus pagi hari ini yang ada tinggal 66. Rutan palu kapasitas 120, isi 463, pagi ini 53, kemarin saya hitung 56, itu enggak kabur, ada keluarga yang meninggal sehingga mereka melihat keluarganya.

Terus rutan Donggala kapasi­tas 108 isi 343, hingga hari ini kosong dan belum dapat info yang kembali berapa. LP itu kapasitas 100, isi 84 plus tiga bayi, hari ini yang ada sembilan, kemarin ada 13 plus tiga bayi. Sementara LPKA kapasitas 100, isi 29, sekarang tersisa lima orang.

Itu baru mau masuk atau sudah masuk?
Karena kita baru memerin­tahkan kepada Karutan untuk memfungsikan rumah dinas­nya menampung mereka yang kembali.

Karena waktu mereka lari, sebagian dari mereka berjanji akan kembali, dan ini sekarang sedang terus kami lakukan komunikasi dengan jajaran kami yang betugas di saana menghubungi keluarga-keluar­ganya, alamat-alamat yang ada untuk segera kembali.

Batas waktu yang diberikan oleh Kalapas satu minggu sejak kejadian. Jadi pada waktu hari Jumat, Sabtu terhitungnya.

Apakah karena over capac­ity, kondisi lapas jadi nggak kondusif sehingga penjaga enggak bisa menahan mer­eka?
Sebenarnya, kalau kita lihat Palu atau Sulteng pada um­umnya, ini nyaris enggak ada gangguan, tapi yakinlah ketika mereka lari karena mereka ta­kut kena guncangan gempa dan kemudian masalah nyawa serta kemanusiaan. Kemudian, soal over kapasitas memang selu­ruh lapas over capacity, hanya empat provinsi, DI Yogyakarta, Ternate, Papua, kemudian Sulawesi Barat.

Mereka itu warga binaan kasus apa aja?
Kebetulan sebelum ada keja­dian, Kakanwil dengan Kalapas Palu telah mengirimkan mereka yang kasus teroris lima orang itu dikirim ke Nusakabangan. Jadi sisanya adalah kasus-kasus narkotika, korupsi, dan kriminal biasa.

Itu dikirim ke Nusakambangan kapan?
Dua hari sebelum kejadian. Kakanwil memang memindah­kan lima yang kasus teroris ke Nusakambangan.

Di Lapas Palu bagaimana mereka bisa kabur?

Mereka menjebol pintu. Jadi, karena pagarnya sekarang retak sekali, memang kami khawatir betul , khawatir roboh karena ka­lau sampe roboh kena bangunan di sebelahnya itu sudah sepan­jang itu bawahnya sudah retak. Mereka menyaksikan betul goy­angan di pagar plus terdengar suara runtuhnya hotel Roa-Roa itu. Itulah yang memicu mereka mendorong untuk lari dari pintu yang dijaga oleh jajaran kami.

Oh ya, sampai saat ini apa kesulitan dalam proses pen­carian napi yang kabur?
Jadi begini, yang kami rasakan karena saya juga ada di sana, Sabtu saya ke sana, masih ada trauma yang luar biasa pada waktu saya merasakan gempa, mereka itu menjerit-jerit.

Jadi dari sisi pegawainya sendiri itu masih trauma, se­bagian ada yang keluarganya meninggal. Napi sendiri juga ada yang masih dalam kondisi trauma.

Jadi, kami memberikan batasan waktu ini, setelah seminggu tentunya, untuk teman-teman kami yang kami bentuk di dalam satgas, tak hanya dari pusat, ada dari Sulsel yang akan memberikan bantuan. Mereka akan melakukan pen­carian. ***

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

Kepala Daerah Tidak Ikut Retret: Petugas Partai atau Petugas Rakyat, Jangan Ada Negara Dalam Negara

Minggu, 23 Februari 2025 | 01:27

Ketua DPRA Tuding SK Plt Sekda Permainan Wagub dan Bendahara Gerindra Aceh

Minggu, 23 Februari 2025 | 01:01

Tumbang di Kandang, Arsenal Gagal Dekati Liverpool

Minggu, 23 Februari 2025 | 00:43

KPK Harus Proses Kasus Dugaan Korupsi Jokowi dan Keluarga, Jangan Dipetieskan

Minggu, 23 Februari 2025 | 00:23

Iwakum: Pelaku Doxing terhadap Wartawan Bisa Dijerat Pidana

Sabtu, 22 Februari 2025 | 23:59

Langkah Bupati Brebes Ikut Retret ke Magelang Tuai Apresiasi

Sabtu, 22 Februari 2025 | 23:54

Tak Hanya Langka, Isi Gas LPG 3 Kg di Pagar Alam Diduga Dikurangi

Sabtu, 22 Februari 2025 | 23:42

Dari #KaburAjaDulu hingga #IndonesiaGelap: Belajar dari Bangladesh

Sabtu, 22 Februari 2025 | 23:21

Wartawan Jaksel Pererat Solidaritas Lewat Olahraga

Sabtu, 22 Februari 2025 | 22:58

PLN dan Wuling Siapkan Layanan Home Charging Praktis dan Cepat, Hanya 7 Hari

Sabtu, 22 Februari 2025 | 22:34

Selengkapnya