Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) menganggap Partai Golkar selama ini sudah diintimidasi dan diteror.
Wakil Ketua Umum SOKSI, Ahmadi Noor Supit bahkan mengatakan intimidasi dan teror itu mereka terima secara terus-menerus sejak pasca reformasi lalu.
"SOKSI memandang bahwa lagi-lagi Golkar mendapat teror dan intimidasi yang sangat kuat," katanya dalam sambutannya di Workshop Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden Tahun 2019 di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta Selatan, Sabtu (29/9).
Salah satu bukti intimidasi dan teror itu, lanjut dia, misalkan di hampir semua survei, partai berlambang pohon beringin tersebut dikatakan akan kalah oleh partai-partai yang justru didirikan oleh para mantan kader alias partai sempalan.
"Mereka semua mengatakan bahwa Golkar diramal akan dikalahkan oleh sempalan Partai Golkar. Mereka mengatakan kita akan kalah dari Gerindra yang merupakan sempalan Partai Golkar," sesalnya.
"Teror psikologis juga secara sistematis dilakukan kepada Golkar. Tokoh-tokoh Golkar satu demi satu dikejar-kejar. Kita diberitakan dimana-mana bahwa kader Golkar banyak yang terlibat kasus korupsi," lanjutnya.
Meski demikian, menurut dia, teror dan intimidasi yang diterima oleh Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tandjung semasa menjadi Ketua Umum pada awal reformasi lalu katanya jauh lebih ekstrim.
"Pada zaman Pak Akbar Ketua Umum Partai Golkar. Terornya sebetulnya lebih keras lagi. Bahkan gedung dibakar. Kader tidak berani pakai baju Golkar, bahkan lebih parah lagi banyak elit kita yang keluar karena ketakutan," bebernya.
Namun karena semangat juang yang tinggi, teror dan intimidasi yang ekstrim itu seakan tak membuat Akbar Tandjung gentar. Dia terus melakukan kunjungan ke daerah-daerah untuk konsolidasi. Melihat perjuangan Akbar itu, sisa-sisa Partai Golkar pun terbakar semangatnya. Hasilnya Golkar punkeluar sebagai partai pemenang Pemilu.
"Teladan Bang Akbar membuat SOKSI tetap semangat agar Partai Golkar tidak kalah dengan sempalan-sempalan Partai Golkar," pungkasnya.
[mel]