Berita

Foto/RMOL

Politik

Mafia Impor Pangan Diduga Gunakan Kekuatan Media

JUMAT, 28 SEPTEMBER 2018 | 21:16 WIB | LAPORAN:

Kebijakan penambahan kuota impor beras oleh Kementerian Perdagangan diduga karena ada permainan mafia pangan. Mafia tersebut diduga menggunakan kekuatan media dalam memuluskan kerjanya.

Koordinator Lapangan Solidaritas Mahasiswa Indonesia (Somasi), Choki Guntara mengatakan, hal itu terlihat di salah satu grup media pemberitaan terkait kebijakan penambahan kuota impor pangan seolah-olah menutup-nutupi fakta tertentu.

"Pemberitaannya tidak sepenuhnya disampaikan oleh masyarakat, terkesan ditutup-tutupi," katanya kepada Kantor Berita Politik RMOL di sela-sela aksi unjuk rasa menuntut bongkar mafia pangan di Kantor Kemendag RI, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (28/9).


Padahal, lanjut dia, berdasarkan hasil audit BPK dalam ikhtisar hasil pemeriksaan Semester II-2017, beserta laporan hasil pemeriksaan semester II-2017 kepada DPR RI, setidaknya ada sembilan kejanggalan yang ditemukan.

Namun grup media tersebut tidak memberitakan secara gamblang fakta tersebut, atau bahkan sama sekali tidak memberitakannya.

"Padahal kita lihat temuan BPK di Kementerian Perdagangan itu lumayan banyak, salah satunya adalah mengenai penambahan kuota impor beras itu menjadi 2 juta ton," sesalnya.

Sebelumnya, pada Selasa 3 April 2018 lalu, BPK RI menyerahkan ikhtisar hasil pemeriksaan Semester II-2017, beserta laporan hasil pemeriksaan semester II-2017 ke DPR RI. Di situ, BPK menjabarkan sembilan kebijakan pengelolaan tata niaga impor pangan yang diduga sudah melanggar ketentuan perundang-undangan.

Berdasarkan sembilan temuan tersebut, BPK pun menyimpulkan bahwa sistem pengendalian intern Kemendag belum efektif untuk memenuhi kebutuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kementerian yang dipimpin oleh Menteri Enggartiasto Lukita pun direkomendasikan untuk mengembangkan portal inatrade dan mengintegrasikan dengan portal milik instansi atau entitas lainnya yang menyediakan data dokumentasi hasil koordinasi dan data rekomendasi. [lov]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya