Berita

Foto: Net

Bisnis

Keberadaan BPJS Kesehatan Perlu Direevaluasi

RABU, 26 SEPTEMBER 2018 | 11:16 WIB | LAPORAN:

Keberadaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) perlu direevaluasi. Hal ini mengingat kian banyaknya kegaduhan yang terjadi antara pasien peserta BPJS Kesehatan dengan pihak penyelenggaran Fasilitas Kesehatan (Faskes) dan Rumah Sakit (RS).

Wakil Ketua Federasi Bank, Keuangan dan Niaga Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (FBKN SBSI) Jacob Ereste setuju kegaduhan yang terjadi menjadi faktor pendorong perlunya BPJS direevaluasi.

"Agar pasien dapat dilayani secara maksimal, dan pihak rumah sakit tidak lagi perlu membuat banyak berkilah atau beralasan karena  pembayaran dari  BPJS Kesehatan terus menunggak," tutur Jacob.


Untuk mengatasi keluhan pasien dan instsansi yang melayani kesehatan warga masyarakat, menurut Jacob,  harus dirumuskan solusinya oleh BPJS Kesehatan. Hal itu perlu agar tak lagi jadi bulan-bulanan berbagai pihak, lantaran selalu menunggak pencairan dana yang sudah terpakai oleh klinik maupun pihak rumah sakit.

Jacob juga mempertanyakan sejumlah pelayanan yang akan dihilangkan seperti operasi katarak, fisioterapi, pelayanan bayi lahir sehat pada persalinan sectio dan gawat darurat di rumah sakit yang menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Meskipun sudah ada bantahan dari Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris.

"Pertanyaan dari  masyarakat seperti itu wajar muncul, karena banyak warga masyarakat yang mengalami kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan dari knstansi yang sudah ditunjuk oleh pihak BPJS Kesehatan," terang Jacob.

Dia menegaskan, tunggakan klaim sejumlah instansi jasa pelayanan untuk kesehatan rakyat, jelas menjadi bukti bahwa BPJS Kesehatan harus intropeksi diri.

"Jika tata kelola dana BPJS Kesehatan yang macet itu diklaim oleh sejumlah instansi yang memberi pelayanan kesehatan itu memang harus dievakuasi, atau bahkan bila perlu segera diganti para pengelolanya," ujarnya.

Jika masalah utamanya kesulitan dana, menurut Jacob, tidak pamali misalnya pemerintah memediasi BPJS Kesehatan untuk berunding dengan BPJS Ketenagakerjaan.

"Daripada BPJS Ketenagakerjaan investasi di sektor lain, mungkin lebih bijak di BPJS Kesehatan. Setidaknya kesan individualistik dari salah satu sikap penganut ideologi kapitalisme tidak semakin menjadi-jadi di negeri Pancasila ini," pungkasnya. [wid]            

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya