Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Faisal Basri: Kebijakan Impor Rugikan Neraca Perdagangan

MINGGU, 23 SEPTEMBER 2018 | 19:00 WIB | LAPORAN:

Ekonom senior Faisal Basri memberikan kritik tajam terhadap Kementerian Perdagangan yang disebut kebablasan dalam mengeluarkan kebijakan impor.

"Jadi seperti air bah sekarang (impornya)," katanya kepada wartawan di Jakarta, Minggu (23/9).

Akibat derasnya impor, Faisal menyebutkan pola impor seperti itu merugikan neraca perdagangan Indonesia. Neraca perdagangan berpengaruh pada neraca pembayaran yang akhirnya mempengaruhi nilai tukar rupiah.


Dia menilai, maraknya impor dari berbagai negara ke Indonesia utamanya disebabkan kebijakan yang dibuat Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.

"Sebelum batasi (komoditas impor) tertibkan dulu kelakuan Pak Enggar. Yang tadinya ada rekomendasi, sekarang tidak ada rekomendasi," kritik Faisal.

Belakangan ini, Kemendag menjadi sorotan terkait derasnya impor terutama komoditas beras. Sejumlah pihak juga telah menyuarakan protes terhadap langkah kementerian yang dipimpin Enggartiasto Lukita tersebut dalam menambah stok beras dalam negeri.

Bulog menjadi salah satu pihak yang bersuara keras terhadap kebijakan Kemendag. Dirut Bulog Budi Waseso menegaskan bahwa stok beras dalam negeri dalam kondisi aman. Mengacu data Bulog, jumlah Cadangan Beras Pemerintah (CBP) per 18 September 2018 mencapai 2,24 juta ton, jauh di atas batas aman stok CBP sekitar 1-1,5 juta ton.

Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman enggan berkomentar soal kebijakan impor beras yang dikeluarkan Kemendag. Data yang dikeluarkan Ditjen Tanaman Pangan Kementan berdasarkan Aram I-2018, perkiraan luas panen padi Januari-Agustus mencapai 12,18 juta hektare dan prediksi luas panen September-Desember mencapai 3,82 juta hektare.

Sebelumnya, Amran menyampaikan optimismenya bahwa produksi beras tetap terjaga meski sedang musim kemarau. Amran mengakui, publik mungkin masih terjebak paradigma lama bahwa jika musim kering atau musim kemarau tidak ada produksi karena petani tidak menanam padi.

"sekarang ada paradigma baru dengan menggunakan teknologi baru kita meningkatkan tanam di musim kering yang biasanya 500 ribu hektare menjadi satu juta hektare, naik dua kali lipat pada saat musim kering. Saya ulangi, tanaman naik dua kali lipat pada musim kering karena itu target kita," papar Amran. [wah] 

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya