Berita

Langgar Yu Patmi/ist

Nusantara

Langgar Yu Patmi Kendeng Diresmikan

SENIN, 10 SEPTEMBER 2018 | 12:28 WIB | LAPORAN: YELAS KAPARINO

. Pangkur, Kayu pring watu kang ana, Tinata nut butuhe LANGGAR YU PATMI, Nadyan ta wujud lugu, Ning kebak kekiyatan, Katata mawa ati rasa satuhu, Temah dadiya sarana, Srana manembah Hyang Widhi.

(Kayu, bambu, batu ditata menurut  kebutuhan  LANGGAR YU PATMI. Walau sederhana  tetapi penuh kekuatan, karena ditata dengan sepenuh hati. Jadilah  sarana untuk  menyembah Tuhan sang penguasa alam)

Petikan tembang pangkur itu merupakan syair saat peresmian Langgar Yu Patmi oleh petani Kendeng yang tergabung dalam wadah JM-PPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng).


Bangunan Langgar Yu Patmi berdiri bersebelahan dengan Monumen Yu Patmi yang berada di desa Larangan, Kec. Tambakromo-Pati, di atas tanah milik pribadi almarhumah Yu Patmi yang telah diwaqafkan keluarganya kepada JM-PPK.

Hadir dalam peresmian yang juga dikemas dengan  pengajian umum itu antara lain KH Yahya Cholil Staquf (KATIB AAM NU),KH Imam Azis (Ketua NU), Alissa Wahid (Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian) dan Soesilo Toer (Penulis Puisi Yu Patmi).

Sebagai manusia harus melestarikan lingkungan, jangan sampai lingkungan hancur. "Kalau Pegunungan Kendeng dikepras pasti akan terjadi bencana baik dari laut maupun dari darat itu semua akan mengakibatkan jutaan orang menderita dari Grobogan sampai Lamongan. Kelestarian Kendeng adalah hasil dari kerja manusianya," ujar Soesilo Toer seperti dilansir Kantor Berita RMOLJateng, Senin (10/9).

Sedangkan KH Imam Azis menyampaikan msyarakat Kendeng sudah sejahtera tanpa adanya kegiatan penambangan. Seharusnya pemerintah daerah maupun pusat menghentikan izin pertambangan dan membuat kebijakan yang pro lingkungan supaya Kendeng tetap Lestari.

"Kelestarian Kendeng yang tahu adalah warga Kendeng sendiri. Karena pemerintah dan perusahaan raksasa hanya melihat dari untung ruginya saja," imbuh Alissa Wahid.

Untuk itu, ia meminta warga menyuarakan tentang keadaan Kendeng yang sebenarnya. Sebagaimana yang diperjuangkan Yu Patmi semasa hidupnya. Alissa mengatakan, perjuangan Yu Patmi mengingatkannya dengan almarhum Gus Dur.
"Karena kita bukan tokoh dalam dongeng, kita bukan tokoh mitos yang tidak takut. Kita tahu mengenal takut dan kita tahu rasanya takut. Walaupun ketakutan kita berusaha melompati pagar batas ketakutan, itulah martabat kita, harga diri kita ditetapkan," tandasnya.

KH Yahya Cholil Staquf menambahkan perjuangan Yu Patmi dalam menjaga bumi agar tetap lestari tidak untuk memikirkan dirinya sendiri, tapi untuk kepentingan orang banyak.

Yu Patmi walaupun sebagai rakyat kecil berani mengingatkan banyak orang yang lupa dan tidak mau menau dalam menjaga Bumi. Menjaga bumi adalah tanggung jawab  bersama. Karena bumi sudah memberikan nikmatnya untuk kehidupan kita.

"Semoga Langgar Yu Patmi menjadi salah satu sarana penerang bagi perjalanan kami saat ini maupun ke depan. Islam yang Rahmatan Lil Alamin terhadap persoalan lingkungan harus sama-sama kita wujudkan dan perjuangka," ujarnya.

Langgar Yu Patmi terdiri dari 2 lantai. Lantai bawah akan digunakan untuk berbagai kegiatan konsolidasi dan budaya sedulur tani Kendeng dalam perjuangan penolakkan tambang batu kapur dan pabrik semen yang mengancam kelestarian Pegunungan  Kendeng.

Seperti diketahui, Desa Larangan masuk dalam rencana pendirian pabrik semen oleh PT. SMS (anak perusahaan PT. Indocement).  Yu Patmi adalah satu dari jaringan petani yang berjuang menolak berdirinya pabrik semen oleh PT. Semen Indonesia di Rembang. Ia salah satu warga yang kakinya disemen ketika protes pendirian pabrik semen.

"Berjuang demi ibu bumi, demi anak cucu, ikhlaskan jika kami tidak kembali,” kalimat itulah juga yang terucap oleh Yu Patmi sebelum beliau berangkat ke Jakarta untuk menyusul saudara-saudaranya yang telah lebih duluan melakukan aksi membelenggu kaki dengan semen.

Yu Patmi berpulang ke Rahmatullah pada Selasa dini hari, 21 Maret 2017 setelah belenggu semen dilepas beberapa jam sebelumnya. [yls]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya