Berita

Anwar Nasution/RMOL

Bisnis

Pemerintah Bohong, Fundamental Ekonomi Indonesia Tidak Kuat!

SABTU, 08 SEPTEMBER 2018 | 10:33 WIB | LAPORAN:

Pernyataan pemerintah yang kerap kali lebih menyalahkan faktor eksternal atas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dikritisi.

Ekonom senior, Anwar Nasution menegaskan Indonesia sesungguhnya secara berkala sudah mengalami krisis. Mulai dari 1990, 1997/1998, termasuk tahun 2018.

Namun kebiasaan pemerintah, kata Anwar, hanya berupaya mencari kambing hitam. Padahal kesalahan sesungguhnya datang dari internal sendiri. Pemerintah selama ini seakan tidak pernah belajar dengan kondisi tersebut.


"Biasanya orang Indonesia hanya mencari kambing hitam, nggak pernah bercermin, kita sudah terlalu lama. Fundamental ekonomi kita lemah sekali, bohong itu pemerintah fundamental kita kuat," tegasnya dalam diskusi bertajuk "Bisakah Bersatu Menghadapi Krisis Rupiah" di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/9).

Fundamental ekonomi lemah, menurut Anwar, ditandai dengan penerimaan pajak yang hanya 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara rata-rata di dunia adalah 20 persen dari PDB.

"Jadi separuh. Padahal kita sudah 73 tahun merdeka. Tapi malah ekonomi kita sangat rawan terhadap gejolak luar negeri," jelasnya.

Hal itu diperparah dengan makin besarnya biaya pembayaran utang luar negeri yang harus dibayarkan negara ini akibat kurs dolar yang terus meningkat. Ujung-ujungnya, rakyat pun ikut-ikutan susah.

"Harga tempe naik karena kedelainya impor. Sangat rawan terhadap gejolak luar negeri itu, tabungan kita sangat rendah, maka pemerintah ngutang, jual obligasi, siapa yang beli? 70 persen yang beli adalah orang asing. Ketiga, ekspor kita nggak jalan. Mana ada BUMN yang ekspor? Nggak ada," pungkas Anwar yang Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) ini.[lov]




Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya