Potensi pengembangan lahan kering menjadi area pertanian produktif terus didorong Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menopang target swasembada pangan.
Salah satu upaya untuk mewujudkannya, Kementan mengembangkan program Sistem Usaha Pertanian (SUP) Inovatif. Sistem ini berhasil di kembangkan di Banten.
Melalui Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Kementan terus menggali potensi ini dan telah mengidentifikasi beberapa wilayah Banten yang potensial untuk dikembangkan. Provinsi yang merupakan penyangga pangan ibukota ini memiliki lahan kering seluas potensial seluas 157.546 hektar.
"Kita sudah berhasil mengembangkan pemanfaatan lahan kering di Kecamatan Cikeusal Kabupaten Serang. Sebagai target utama di wilayah Banten, kecamatan ini memiliki total lahan kering seluas 2.683 hektar. Kita dorong melalui Sistem Usaha Pertanian Inovatif," kata Kepala BBP2TP, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementan Haris Syahbuddin di Jakarta, Selasa (5/9).
Haris mengatakan, SUP Inovatif merupakan sistem usaha pertanian yang berbasis teknologi, yakni penerapan mekanisasi pertanian sesuai kebutuhan dan mudah diterapkan. Lalu, pengelolaan lahan dan air yang inovatif dan adaptif terhadap perubahan iklim, serta dirancang dengan sistim yang dinamis.
Desa Cilayang merupakan satu dari lima belas desa di Kecamatan Cikeusal yang menjadi fokus pengembangan SUP Inovatif dengan sasaran utama adalah Kelompok Tani Tunas Harapan I.
"SUP Inovatif yang dikembangkan di lokasi tersebut sarat dengan pengenalan teknologi, antara lain teknologi embung, pompanisasi dan geo-membran, dan teknologi budidaya khususnya budidaya tanaman hortikultura. Selain itu dilakukan pula pendampingan dan bimbingan teknis, hingga bagaimana membangun jaringan bisnis," terang Haris.
Kurniawan (26), salah satu anggota kelompok tani Tunas Harapan I mengaku bahwa dia merasakan berbagai manfaat dari kegiatan ini. Pria yang telah mengikuti program SUP Inovatif sejak tahun 2017 ini menambahkan, budidaya sayuran yang digelutinya bersama anggota kelompok tani lainnya telah menemukan saluran pemasarannya.
Kurniawan menerangkan produksi anggota kelompok tani itu ditampung dan kemudian dipasarkan ke beberapa tempat bahkan tembus ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dan Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang.
"Lahan menjadi produktif, produk berkualitas, dan pemasaran produk juga mudah," singkat Kurniawan.
Haris selaku penanggungjawab kegiatan program berharap, SUP Inovatif dapat menjadi wadah interaksi yang lebih intensif antara Kementan selaku penyedia teknologi, penyuluh sebagai saluran diseminasi serta petani sebagai pengguna teknologi.
Kemanfaatan yang dirasakan masyarakat selain mewujudkan peningkatan produksi, juga menciptakan penumbuhan usaha Kelompok Tani serta pengembangan SDM Petani.
"Kami minta juga kepada kelompok tani agar selalu semangat untuk belajar mengimplementasikan teknologi dan menerapkannya secara berkelanjutan," ujar Haris.
Sebagai informasi, Kementan melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian mengidentifikasi seluas 24 juta hektar lahan kering yang bisa dimanfaatkan untuk tanaman pangan. Lahan kering seluas itu tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Di Pulau Jawa, yang dikenal subur pun terdapat beberapa daerah berlahan kering yang berpotensi untuk dimanfaatkan. Dengan adanya BPTP di tiap provinsi, maka diharapkan bisa bahu membahu bersama penyuluh setempat dalam mengedukasi serta mendampingi kelompok tani dalam penerapannya.
[nes]