Berita

llustrasi/Net

Bisnis

CEPA Eropa Harus Dipercepat Demi Penguatan Nilai Rupiah

MINGGU, 02 SEPTEMBER 2018 | 16:14 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Kesepakatan kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) merupakan pertanda positif bagi masa depan ekspor Indonesia yang sedang melemah.

Jurubicara Partai Solidaritas Indonesiac (PSI) Rizal Calvary Marimbo berharap kesepakatan yang akan diteken pada November 2018 itu turut diikuti kesepakatan serupa dengan negara-negara Eropa.

Apalagi, perundingan CEPA antara Indonesia dengan Uni Eropa sudah berlangsung lama.


"Perundingan perdagangan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership (IEU CEPA) ini sudah berlangsung lama. Memang akan lebih lama sebab melibatkan sekitar 38 negara Eropa, sedangkan dengan Australia, lebih bilateral," ucap Rizal dalam keterangan tertulisnya, Minggu (2/8).

Peningkatan volume dagang dengan Eropa sangat penting untuk menghentikan defisit neraca perdagangan yang membuat rupiah terus terdepresiasi.

Baginya langkah menghentikan impor hanya solusi jangka pendek untuk memperkuat rupiah. Terlebih, barang yang diimpor itu merupakan barang-barang-barang modal bersifat produktif untuk infrastruktur dan industrilisasi. Dengan kata lain, di dalam negeri sebenarnya sudah ada pergerakan ekonomi yang masif.

"Hanya saja ada ketidakseimbangan baru. Sebab itu, dalam jangka panjang harus diperkuat ekspor, sehingga rupiah bisa kembali perkasa," ucap dia.

Dengan kesepakatan IEU-CEPA, maka akses pasar dan preferensi yang terbaik bagi pelaku usaha Indonesia bisa lebih terjamin. Namun demikian, produk Indonesia harus dipastikan lebih berkualitas agar bisa diterima di Eropa.

"Kita jangan kalah dari beberapa negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Malaysia. Produk mereka leluasa masuk Eropa sebab sudah CEPA. Ekspornya bagus," katanya.[lov]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya