Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus meningkatkan upaya menertibkan truk yang overdimensi dan overload alias Odol. Salah satu caranya denÂgan mengaktifkan kembali 48 jembatan timbang mulai awal September mendatang. Pada akhir tahun ditargetkan 92 jemÂbatan timbang dapat beroperasi di seluruh Indonesia.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi SetiÂyadi mengungkapkan, saat ini baru 11 jembatan timbang yang beroperasi di berbagai daerah. Dia yakin, pengoperasian jemÂbatan timbang efektif menguÂrangi truk Odol. Sebab hal itu akan meningkatkan kepedulian para pelaku usaha angkutan barang atau pemilik barang terÂhadap aturan.
"Kami melihat kepedulian paÂra pelaku usaha angkutan barang ataupun pemilik barang terhadap kebijakan stop truk kelebihan muatan semakin meningkat dengan adanya jembatan timbang. Itu bagus karena sebenarnya kebijakan itu mendukung keselamatan," kata Budi dalam keterangan tertulisnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Budi mencontohkan, Jembatan Timbang Kulwaru, Yogyakarta. Dalam kurun waktu satu bulan terakhir ini tidak ditemukan adanya pelanggaran overload.
Dia menerangkan, sesuai aturan, truk yang melakukan pelanggaran dimensi, diberi tanda batas potong dengan cat semprot. Untuk pelanggaran overload, lanÂjut Budi, pihaknya menurunkan paksa muatan. "Untuk pengangÂkut sembako kalau pelanggaran overload tidak sampai 50 persen masih kita toleransi," paparnya.
Selain pengangkut sembako, Budi mengatakan, pihaknya juga memberikan keringanan untuk kendaraan pengangkut pupuk, semen, besi, baja, dengan batas toleransi 40 persen.
Budi memberikan dua solusi bagi pelaku usaha angkutan barang dan pemilik barang agar dapat mematuhi regulasi terseÂbut namun arus distribusi tidak terganggu. Pertama, menambah jumlah kendaraan pengangkut. Kedua, melakukan penambahan axle (sumbu roda yang fleksiÂbel). Karena, secara teknis, peÂnambahan axle pada kendaraan pengangkut akan meningkatkan kapasitas daya angkut. ***